Kamis, 04 Desember 2014

Denyut.

Ada saatnya jemari tak tahan lagi untuk diam.
Ada saatnya semuanya ingin ditumpahkan.
Ada saatnya angin malam menyayat lebih dingin.
Ada saatnya sakit terasa terlalu natural.
Ada saatnya sulit menemukan lubang kunci rumah sendiri.
Ada saatnya melepaskan perban terasa begitu sulit.
Karena sakitnya tak tertuangkan.
Ada saatnya, ada….

Air mata tak pernah cocok dengan laki-laki.
Ia terkata bagai lemah bersama.
Semerah darah, katanya.
Tapi bukan kata tepat untuk mengakhirinya.

Terkadang sedih tak dapat terungkap dengan nyata.
Sesulit itu membuat orang mengerti.
Kami bukanlah sebongkah daging dengan perawakan seadanya.
Kami juga bisa merasakan emosi.
Aku, tidak ada bedanya dengan kalian.
Aku juga ingin suatu saat ada yang mengerti.

Karena sakitku, 
banyak.

Dengan semuanya, tak tertuangkan.
Dengan semua kata, yang tak bisa diindahkan.
Karena aku tidak sepertimu, ceritaku hanya berbagi bersama tempat putih di depan layar datar.
Karena tempatku berbagi, ada di atas kertas.
Walau sangat inginnya, berbagi kisah denganmu.
Pada akhirnya tempatku berkisah, hanya disini.
Karena aku juga, takut.
Karena aku juga, jatuh cinta.

Aku, hanya ingin kalau ada yang mengerti.
Bahwa aku juga, ingin.
Menjadi istimewa untuk orang lain.

Ada saatnya mata rabun dengan batasan kaca yang cair.
Ada saatnya mereka bersanding dengan pelipis.
Ada saatnya, hati berdenyut sakit.
Ada saatnya.
Aku Merasakan emosi lagi.

Rabu, 03 Desember 2014

Ketidakberartian.

Aku tenggelam di antara ketidakmengertian.
Terombang ambing di bawah sinar cahaya tidak dan iya.
Aku tergelapkan, tertutupi bagian dari cinta dan lainnya.
Aku buta, tuli, dan sengaja bisu menghadapinya.

Aku terbelenggu akan detak jantungnya.
Aku terikat, tertatih-tatih untuk mendengarnya.
Dan malam, tak pernah lagi menjadi kanvas putihku.
Gelapnya, menjadi tatanan kecam bagi melodi hariku.

Tanganku terikat balutan tinta kosong di sela jemari kaku.
Mulut yang kering terbasahi hanya canda senada.
Mata ternganga menatap tajam tanpa tertuju.
Hati, tak mendapatkan tempat bersuara.
Ditutup.
Diselubungi sebuah tawa.

Yang jujur tak pernah bersua.
Terkata hanyalah bagi yang bercanda.
Didengar hanya bagi yang fana,
Nyata, tak pernah ada di mata.

Aku tersesat di antara kebingungan.
Ternganga di antara banyaknya tanda tanya.
Kamu tak akan pernah melihatnya.
Aku, menutup tempat bertanya.

Aku tak pernah bercerita.
Aku tak yakin akannya.
Bertanya.
Tanyakan padaku dan biarkan aku menangis di pundakmu.

Langitku terakhir kelam.
Beberapa bulan lalu tak bersinarkan bulan.
Bahkan bintang pun jatuh,
Seraya mengalihkan sebentar perhatianku.

Sedihku tak akan pernah jadi sedihmu.
Biarkan aku tahu akan itu.
Bagaimanapun waktu berlalu untuk cerita padamu
Sampai menangis bersama, kamu tak akan tahu rasaku.
Sejujurnya, aku ingin bercerita kepadamu.
Menangis padamu.
Hanya untuk melepaskan dahagaku.

Bagimu yang tercinta, yang tersisihkan, dan yang teraniaya.
Maaf dan tangisku ada.

Maaf bila kataku tak pernah senada bagimu.
Senyumku tak pernah berkata jujur di situ.
Tanganku, selalu menuliskan detak hatiku.

Biarkan aku menangis di pundakmu, bercerita padamu, memaki cacian hidup ini di depanmu.
Biarkah ada orang di luar sana yang tahu.
Betapa besar ketidakberartianku menghadapinya.

Untukmu,
Ibu, Yang tercinta,
Kakak, Yang tersisihkan,
dan Ayah, yang teraniaya.

Minggu, 16 November 2014

Menari.

Semuanya bagaikan lagu
Hari-hari pun berlalu bagaikan sebuah lantunan irama,
membuai, terlena, terpaku, tertawa, tanpa bisa melawan
akhirnya kamu pun menyanyikannya
dan ikut menari bersamanya.

Semuanya bagaikan kesatuan melodi
bagaikan semua notasi balok yang dituliskan di atas bercarik-carik kertas
tertulis hingga binasa, terlantun berirama senada
banyak tertulis, sedikit terasa.
Semua terlalu cepat untuk dirasakan,
terlalu banyak untuk dituliskan.
akhirnya kamu pun melantunkannya
dan ikut menari bersamanya.

Semuanya bagaikan ketukan berima,
dasar, hanya sesuatu yang tidak berbeda dari apa yang kita punya
sesuatu yang tertangkap telinga untuk menyatukan sebuah melodi
hanya semua berdasar yang ada dari segala lantunan kata
tapi tetap bisa mengikutinya,
tetap ikut menari bersamanya.

Tapi tidak bagaikan belenggu.
tidak memiliki apa pun untuk dibelenggu.
Kamu tidak perlu memiliki hal untuk dibelenggu.
Kamu hanya mengikuti aliran lagu.
Kamu hanya ikut menari bersamanya.
Dan kamu tidak bisa menari jika dibelenggu.

Semuanya bagaikan lagu.
Mencintalah seperti itu.
Tidak perlu memikirkan alunan yang tepat,
kata-kata yang indah,
notasi yang senada,
apapun yang berima, kamu mengikutinya.
Tidak perlu memikirkan yang terbaik,
tidak ada salah dan yang benar,
kamu tidak perlu memilih,
karena suatu saatnya nanti kamu tidak akan memilih.
Kamu hanya akan menari,
Karena kamu pikir, Dia lah lantunan nada yang tepat bagimu.

Selasa, 04 November 2014

Bulan.

Malam ini semampai seruan rembulan yang hanya bisa menatap tanpa bisa bertemu
kata-kata rembulan yang bisa berseru tanpa bisa menyatu.
seakan terakhir tersenyum karena bersatu akan tahu,
memanggil manggil teman yang berjalan lalu.

Gelap ini seakan bulan tak tahu malu,
menunjukkan wajahnya yang putih merona,
bagaikan benalu, terus menyapa temannya yang lalu, mengikuti kemana dia berlalu.
mengangkat angin yang dingin berlalu,
berseru agar ombak terus berpacu.

Bulan, tak pernah terlihat sedih.
seperti berteman dengan bintang, walau jaraknya membuat kata tak terdengar,
selalu berteman dengan matahari, walau terkadang orang lihat tidak dia,
seperti berteman dengan awan, walau egonya awan, menghilang.

Tapi bulan, berteman denganmu.
selalu setia, pada waktu yang sama, akan menemanimu lagi.
sekedar hanya ada, untuk membuat kamu tidak sendiri.

Ia, berteman dengan gelapnya malam.
Mencinta gelapnya hitam, atau hitamnya malam.
menemukan kelegaan, kenyamanan, atas penerimaan malam,
membagi sesuatu,
berteman, dengan ia yang menakuti malam.

Rembulan, malam ini membiarkan dirinya dikagumiku.
Walau hanya sedikit waktu, dibanding saat dirinya mengagumi matahari.
tak menahan diri, memperlihatkan indahnya kecantikan,
sama cantiknya dengan bulan-bulan lainnya.
sama indahnya, dengan setiap waktu.
selalu sama, saat aku merasakan hal yang berbeda.

Bulan, jadilah temanku malam ini.
dan biarkan aku mempersilahkan cahayamu menunjukkan kemana harusnya aku berada,
menunjukkan kemana jalan pulang,
jalan pulang, dimana hangatnya terasa.
dan aku akan tertidur,
dan berdoa apa yang aku inginkan selama ini.

Bulan, bersinarlah. Dan pada saat kau utuh, aku ingin menghabiskan waktu bersama.
Tidak akan terikat tali yang bisu,
kita, akan membiarkan gelap, bertamu bisu.

Senin, 29 September 2014

Titik, dan Tinta

Tinta akan terus memandangmu wahai titik, dengan sebuah tatapan takjub akan karya ciptaannya yang terindah.
Sebuah titik.

Dan titik, akan selalu menunggumu, tinta. Untuk menuliskan teman barunya yang akan melanjutkan cerita bersamanya.
Sebuah titik.

Tinta, adalah seni. Titik, adalah ciptaannya yang indah.
Titik, sampai kapanpun akan menanti tinta.
Titik, sampai kapanpun adalah tinta.

Sama halnya dengan kondisi lain,
Cinta.

Cinta adalah tinta.
Tinta, adalah bibit dari semua ungkapan.
Kata, cerita, gambar, lukisan, semua.
Tanpa tinta, titik tak tercipta. Tanpa titik, kata tak bercerita. Tanpa cerita, buku hanya kumpulan lembaran tak berarti.
Titik adalah ungkapan cinta tinta pada lembaran kosong dari buku-buku harian yang memandang waktu.
Dan yang kamu tahu,
Cinta, adalah akar ungkapan semua rasa.

Cinta, mewakilkan semua kata, semua rasa takjub, kagum, keindahan.
Cinta, menciptakan apa yang dinamakan kecantikan.

Indah. Kecantikan, adalah manifestasi cinta, ungkapan yang muncul atas dasar cinta, dimana setiap bagian cinta, kecintaan akan berbagai hal dalam satu kanvas bernama manusia, menciptakan rangkaian karya, sebuah nuansa, tanpa adanya bagian yang perlu ditambah, dikurangi, atau diganti. Menciptakan kecantikan itu sendiri.

Karena kecantikan, muncul akan kecintaan.
Kecintaan akan suatu kanvas itu.

Karena tidak titik yang menciptakan tinta,
adalah tinta yang menggambarkan titik.

Karena bukan cantik dasar dari cinta.
Karena cinta, kecantikan itu ada.

Dan sang titik, sampai kapanpun adalah tinta.
Dan cinta, membuat kecantikan itu terasa.
Mereka, hanya butuh sepasang mata yang tepat untuk memandangnya.
Mereka, hanya butuh cinta.

Kamis, 25 September 2014

Biar pertanyaan itu termakan.

Kali ini, biarkan malam, bintang, dan aku.





Kali ini aku merasakan bagaimana rasanya,
bagaimana rasanya….
direnggut.

Saat sedari pagi, dimana raga terkulas lunglai, dimana hati tergeletak lemas, dimana semua berwarna biru,
abu,
dan kelam.

Bagaimana rasanya saat kicaumu direnggut,
bagaimana sakitnya saat lidahmu tercekik,
bagaimana penatnya kepala yang berdenyut,
bagaimana sesaknya saat lehermu dikeringkan,
dan kamu hanya menunggu seseorang membawakan yang kamu butuh

satu gelas air.

Kali ini aku merasakan bagaimana rasanya,
bagaimana rasanya direnggut,
saat yang direnggut adalah yang paling dinanti,
saat dimana hati, otak, dan jari-jemari bersatu padu,
merenggut apa yang dinamakan, menanti.

Kali ini, biarkan malam, bintang, dan aku
yang terus menerus bertanya sampai mentari tiba,
yang akan terus bertanya-tanya,
bagaimana rasanya untuk sakit?
sampai pertanyaan itu termakan.

Karena hanya disini tempatku bebas.
Terima kasih untuk niatnya, aku menghargainya.
hanya saja aku terlalu lelah untuk menunggu
dua jam untuk satu gelas air.

Senin, 22 September 2014

Introversi: Dunia

Aku menghargari waktu seorang diri.
Tidak tahu kenapa, aku hanya suka…
oh tidak,
aku benci keramaian, aku benci kebisingan, aku tidak terlalu menyukai orang-orang bersuara keras itu.
aku benci saat mereka mengusik duniaku.
Mungkin terdengar jahat,
tapi akulah begitu.

Aku ingin bisa mengasingkan duniaku dengan mereka yang bagaikan tuts piano, mereka terlihat banyak, tapi aku tidak dapat membedakan mana yang bersuara nyaring itu. Aku tidak apa berteman dengan mereka, aku sebenarnya tidak membenci mereka, aku tidak apa, aku hanya menghargai waktu seorang diri.

Aku, menghargai waktu seperti ini.

Seperti saat ini, terduduk di sebuah lapangan luas dengan karpet alam bernuansa hijau, saat dimana matahari berada untuk menyelimuti, bukan untuk membakar, dimana yang terdengar hanyalah melodi alam yang selalu indah terdengar. Langkah orang-orang yang berlalu lalang di dekatku seakan terdengar seperti mereka berjalan di seberang pagar sana, mereka dekat, tapi tidak dalam duniaku. Terduduk disini di tempat dimana orang-orang terlihat, dimana mereka terdengar, tapi mereka tak mengusik duniaku.
Sudah lama rasanya tidak seperti ini.

Di sudut sana orang-orang bermain, berlalu lalang, berteriak, tertawa, mereka semua melakukan tanpa mengganggu siapapun. Disini, di tempat dimana kamu bisa melakukan apapun--selama masih lazim, dan takkan ada presensi kamu, atau aku, di dalam keseharian mereka. Hanya seperti daun-daun di batang berwarna coklat itu, yang walaupun bertambah satu, satu itu tidak akan terindahkan, tidak akan ada presensi satu bagian pun darimu yang ada di buku diari mereka. Itu, jika kamu memiliki duniamu sendiri.

Aku bahagia di saat-saat seperti ini, dimana aku memiliki duniaku sendiri.
Disini, terduduk tak berdua di duniaku sendiri, menunggu akhirnya seorang teman datang.
Seorang teman yang akan mengerti nuansaku, melihat wajahku, dan matanya ada dalam lensaku. Seorang teman yang terasa begitu istimewanya, begitu indahnya sampai duniaku terbuka demi melihat bola matanya yang sedang memandang nuansaku. Seseorang, yang kehadirannya adalah duniaku.

Lalu, aku akan ada disini. Pergi dari keramaian yang ada, yang tidak kita sukai, menulis di sebuah dataran berlapiskan selimut kehijauan, beratapkan genting berwarna hijau, bertopang pada tiang berwarna cokelat, bersanding dengan indahnya alam, berkarya, dan menghargai kesempatan yang Kuasa berikan. Aku, akan sibuk tenggelam dalam duniaku sendiri.

Lalu kamu akan datang, berdiri di hadapanku, melihat kedua bola mataku sambil membaca nuansa yang ada. Tersenyum.
"Katanya dunia kamu, aku?"
"Iya, tulisan ini tentang kamu" 
Dan aku, tak akan terganggu dengan apa pun yang kau lakukan.
Sebising apapun itu.

Minggu, 21 September 2014

Bercerita tentang Cinta.

Aku akan berbicara tentang satu kata
satu kata yang akan sering kalian dengar,
dan mungkin sering diucapkan,

Aku akan berbicara tentang cinta.

Tapi…
tidakkah itu terbalik?
Bukankah sebenarnya,
hmmm…..
Cinta lah yang bercerita?

Cinta itu, aku ingin bisa mendefinisikannya…
Cinta itu mempermainkan, ya mempermainkan.
Tapi cinta itu sendiri dipermainkan,
jadi apakah cinta itu sebuah 'permainan'?

Cinta itu bercerita, ya, dia memberikan cerita.
Dan cinta seringkali diceritakan,
Aku, sekarang salah satunya.
Jadi apakah cinta itu sebuah 'cerita'?

Cinta itu kebahagiaan,
semua yang pahit hanyalah karena kamu, dia, aku,
tidak mempunyai yang namanya cinta itu,
jadi sebenarnya apa rasa 'cinta'?

Cinta adalah sebuah kata, yang dibuat oleh manusia dan juga didefinisikan oleh manusia. Sama seperti semua hal-hal yang mungkin ada di lembaran kertas ini, yang ada di tumpukan lembaran buku, yang ada di setiap ucapan selamat pagi oleh seseorang, di setiap perkataan penting-maupun normatif pada keseharian setiap orang, bahkan pada kertas-kertas yang menempel di dinding-dinding tempat berlalu lalang kakimu, kakiku, dan kakinya.
Semua ada pada derajat yang sama.
Semua adalah kata yang dibuat, dan didefinisikan oleh manusia.

Tapi mengapa, kata cinta ini sulit untuk didefinisikan,
diceritakan,
dibahasakan,
dirasakan,
dimanusiakan,
padahal, kata ini yang aku, kamu, mereka rasakan setiap hari.
Kata yang selalu muncul dan ada menyelimuti kita sama halnya dengan bulan, dan matahari
hanya lima huruf, yang membentuk begitu banyak definisi dan cerita-cerita.

Aku, kamu, dia, mereka,
gunakanlah semua kata ganti manusia, orang-orang,
dan aku bisa menjamin, setiap yang kau sebutkan pasti pernah, dan mungkin merasakan cinta itu sendiri.
Pertanyaannya sama,
Apa aku pernah jatuh cinta?
Apa aku sedang jatuh cinta?
Bagaimana tanda bahwa cinta itu benar ada?
Darimana adanya membuktikan cinta itu benar?
Cinta itu apa?
Cinta itu apa?
Cinta itu apa?

Aku yang mencoba mendefinisikan cinta, aku sendiri yang paling tidak mengetahui tentangnya.

Minggu, 14 September 2014

Malam, Ganesha.

Aku tertulis ini dalam yang kau sebut lamunan
lamunan malam, tanpa mengapa dan tanpa apa,
cahaya pun tertelan ia.
Aku semata-mata menyukai saat ini.

Aku semata-mata menyukai saat ini.
Dimana cahaya kami bersembunyi
dan Dunia terasa makin dekat satu sama lain
dimana batasan horison menghilang, dimana batasan jarak antar kami raib, dimana kami mendengar, tanpa melihat.
Aku berada di sebelah semua rangkulan kata mereka.
Ini, adalah sebuah kebahagiaan semata.

Ini adalah sebuah kebahagiaan semata.
Dimana tanganku menari riang dan mataku terpejam melihat.
Di sebuah tempat dimana lampu raib, dicuri oleh sang waktu untuk berteman mengiringi detik.
Seakan waktu kami berhenti, terpaku menikmati malam ini.

Cahaya bohlam tersipu malu bersanding indah warna hitam.
warna hitam, yang memisahkan satu insan dan lainnya.
mereka, yang berjalan untuk berharap menemukan.
Mereka adalah kehilangan, dan merasa saling menemukan
Disini,
hanya melihatnya di tempat yang benar indahnya.

Aku tak pernah senyaman ini dengan disini.
Tempat kaki menuju, tempat hati membisu.
Disini, di bawah karya Tuhan yang berdaun, yang melenyapkan segala cahaya yang simpang siur berharap lalu.
Ganesha, engkau berwarna seraya hilangnya cahaya.

Senin, 18 Agustus 2014

Mesin penggerak.

Hari ini,
sehari setelah perayaan ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-69,
ternyata aku masih menerima dampak,
dari manusia yang belum merdeka.

Hari ini, tiga hari menuju sebuah acara besar di tempatku berkarya,
Setelah melakukan kegiatan untuk mencipta, lagi-lagi hanya ada hambatan yang ada.
Kekecewaan muncul setelah melihat bahwa karya kami dinodai orang lain.
Sebuah karya berupa sulur yang ditinggali oleh sebuah kepompong yang siap untuk mekar pada waktunya, yang karena ternoda hilang kesempatan untuknya terbang.
mesin penggerak dan cahaya dari karya kami hilang.

Walau hanya sebuah dinamo kecil dan beberapa lampu yang binasa, kekesalan tidak bisa luput dari hari ini.
Masalah terberat bukanlah karena tinggal tiga hari lagi menuju acara,
tapi karena masih ada tiga hari menuju acara.
Bahkan, kupu-kupu kami pun belum bisa dilihat oleh penikmat, orang-orang yang ingin kami sambut kedatangannya dengan karya kami.
Karena ini hanyalah karya seni, sama seperti cinta.
Yang mana jika belum tersampaikan kepada orang yang ditujukan,
esensi dari karyanya hilang.

Aku, hanyalah seekor kepompong yang mengagumi kupu-kupu. Aku seharusnya bisa terbang, tapi mesin penggerakku hilang.
Seharusnya aku tidak terpasang, daripada hanya menjadi sebuah karya usang. 
Kamu, yang merampas mesin penggerakku, sayapku.
Tunjukkan dirimu sekarang, karena ini berarti perang.

Sabtu, 16 Agustus 2014

Dunia?

Aku pernah suatu saat berpikir bahwa,
bahwa..
Sulit untuk membuat dunia semanis yang kita minta.

Dunia akan begitu adanya, bagaimanapun kita memperlakukannya.

Sesungguhnya kita tidak akan pernah berpikir bahwa dunia itu indah, tidak. Di saat aku merasakan bahagia, selayaknya aku bertanya:
"Apakah ini mimpi?"
bukan, bukan. Ini bukan mimpi, di sinilah kamu--aku berpijak, di dunia yang semua orang tahu, dunia yang semanis air laut. Dunia tidak akan pernah terlihat indah di mata seseorang, setidaknya aku. Dunia tidak indah, kita hanya menikmatinya. Dunia takkan pernah berhasil menduduki peringkat di atas apa yang kamu mau sebagai mimpi. Dunia, selalu ada disana untuk kamu salahkan, terkadang juga untuk kamu syukuri, seperti halnya apa yang kau lakukan pada Tuhan.
Setidaknya. Itu. Semua. Untuk hal yang kupikirkan.

Dunia tidak indah, kita hanya menikmatinya.
Kita tidak pernah menginginkan sesuatu yang tidak memiliki arti, memiliki keindahan. Dunia, tidak pernah menjadi sosok indah, kita menambahkan segala sesuatunya, kita membuatnya sebagai tempat dimana kita ingin tinggal, di tempat yang indah. Ada pencipta, ada penikmat, kita menambahkan semuanya di dalam dunia yang kita nikmati. Seniman dengan seninya, sepasang kekasih dengan cintanya, Tuhan dengan ciptaannya, dan Aku dengan ceritaku. Semua menambahkan segala sesuatu untuk menjadikan Dunia ini tempat yang indah. Semua, demi satu hal. Agar penikmatnya menikmatinya. Kamu bisa menciptakan seni dimanapun, kamu bisa mencintai segala apapun, kamu bisa melakukan apa yang kamu inginkan di dunia untuk membuatnya lebih indah di matamu. Dunia, akan selalu menilai semua tindakanmu, apapun yang kamu lakukan, berkaryalah sesukamu, karena apapun yang kamu lakukan, sama nilainya di mata dunia.
Walau itu akan berbeda di matamu, atau bahkan orang lain.

Hidup di dunia yang memaksa kita untuk tinggal hanya sakit merasa. Bagaikan memandang matahari untuk menanti senja. Dunia hanyalah tempat yang kejam. Tapi juga sesuatu yang indah.
The world is a cruel, cruel place. But it is where the beauty creatures live, where the precious moments had to occurred, that's what the world it is. 
Duniamu kejam.
Dunia yang ingin kau tinggalkan,
Untuk itu aku mencari dunia yang lain untuk aku tinggali. Bersama dengan seorang seniman, sepasang kekasih, Tuhan, dan sebuah cerita. Dan kamu juga seorang pencipta, menciptakan duniamu indah tidak melebihi kemampuanmu.
"When something bad happens to you, close your eyes, count to three and when all the bad things is slipped away, open your eyes. The past is gone, the world is a good place, and it's all gonna be okay." - Michael Oher, Blind side.

Minggu, 03 Agustus 2014

Menyesalkah?

Kamu,
pernah mendengar pepatah yang berbunyi seperti ini?
bahwa menyesal, tidak akan pernah datang di awal.
Pernahkah kamu?

Kalau pernah, kamu tidak akan pernah mendengar kata sebaliknya.
Tapi setidaknya biarkan aku utarakan apa yang kupikir.

Berapa waktu yang kau lewatkan untuk membaca tulisan ini?
4 detik?
5 detik?
sekarang sudah lebih dari 6 detik kan?
tapi menyesalkah kamu saat kamu melewatkan detik-detikmu yang berharga untuk membaca sebuah tulisan konyol ini? sekarang kamu akan mengiyakan setelah kau membaca tulisan dalam kalimat sebelum ini, tapi bagaimana jika tidak ada yang akan mengingatkanmu?
Sekarang kau bertambah tua satu detik.
Sekarang sudah tiga detik lebih tua.
Dan kau menghabiskan waktumu yang berharga hanya untuk membaca tulisan yang tak jelas ini.
Dan kamu tidak akan merasa waktumu terbuang.
Padahal sejujurnya kamu baru saja menghabiskan setengah menit dalam hidupmu jika kamu benar-benar membaca seluruh tulisan disini. Menyesalkah kamu?

Aku, tidak.
Karena aku menghabiskan waktu dalam hidupku dengan melakukan hal yang tidak membebaniku.
Pikirkan lagi apa deskripsi penyesalanmu,
atau hidup menyesal sepanjang waktu.

Sabtu, 26 Juli 2014

Introversi

Aku……..
Aku ingin, hmmmm…..
Ah.
Aku ingin….. sekali bertemu dengan pasanganku kelak.

Aku ingin menemuinya di sebuah toko buku, aku berdiri di depan sebuah buku usang dan kau ada disana sedang membaca sinopsis sebuah buku aneh bersampul putih. Aku suka sekali warna putih, terkadang biru juga hijau tosca. Kamu mengambil kacamatamu dan menaruhnya di hadapan indah matamu yang memiliki warna kecoklatan, otakmu membaca seraya mulutmu merafalkan kata-kata di dalam buku itu, sampai akhirnya kamu mencapai ujung kalimatnya, matamu menghadap padaku yang terus memandangimu. Aku akan menghampirimu seraya bermimpi akan terpukau beberapa kali lagi olehmu.

Aku ingin menemuinya di sebuah toko barang bekas, aku membungkuk seraya mencari-cari sebongkah kayu balok juga vas kaca kecil dan kau ada disana sedang memandangi kotak musik bermelodi lagu selamat ulang tahun. Aku terus memperhatikanmu yang mengulang-ulang musik yang sama di dalam kotak itu. Buka. Tutup. Tersenyum. Buka kembali. Tutup. Lalu kau pergi menuju pintu keluar. Aku lalu mengatakan tunggu kepada nona yang sedang melayani barang-barang yang kubeli. Setelah menyelesaikan urusanku, aku menghampirimu. Kamu menoleh saat mendengar melodi yang sedari tadi kau dengar, "Untuk temanmu, ataukah kamu yang berulang tahun?" seraya menjulurkan kotak musik itu ke hadapanmu.

Aku ingin menemuinya di sebuah toko musik, aku berdiri di depan sebuah counter bertuliskan 'musik lama' dan kamu ada di seberang sana terlihat kebingungan memilih lagu. Aku mengambil barangku lalu berjalan menghampirimu, berdiri di sampingmu seraya canggung melihat deretan kaset yang bisu, kamu terlihat tidak aneh pada kehadiranku. "Kalau aku lebih suka yang ini" seraya mengambil sebuah kaset dari grup band terkenal sepanjang masa dari tahun 1940an. Kamu yang kebingungan melihat tingkahku  hanya menatapku dan kaset itu secara bergantian, menaruh kaset di tangan kirimu ke tempatnya kembali, lalu tersenyum.

Aku ingin menemuinya di sebuah kedai kopi yang sepi, aku melewati pintu seraya menyapa penjaga tempat tersebut dan kamu ada di pojok sana duduk sambil menyeruput coklat manis yang kau pesan. Aku memesan sebuah Darjeeling tea untuk menenangkan pikiranku dari keramaian kota yang membuat kita jenuh, lalu menghampiri tempat duduk untuk 4 orang yang sedang kau duduki. Aku tahu kenapa kau selalu memilih tempat yang sama setiap kali ke kedai itu, sebuah tempat untuk 4 orang untuk diduduki hanya olehmu. Seraya aku menjatuhkan tubuhku di seberang meja di hadapanmu, kamu pun tersenyum. "Aku sudah menunggu lama lho".

Aku ingin jatuh cinta padamu di berbagai tempat yang ada,
Aku ingin menjadi temanmu yang lain selain buku.
Aku ingin menjadi orang pertama atau bahkan satu-satunya untuk memberikanmu hadiah saat kau berulang tahun.
Aku ingin masuk ke dalam duniamu agar aku bisa masuk ke lingkunganmu, atau bahkan hatimu.
Aku ingin menjadi orang yang ingin kau temui di antara keramaian orang-orang yang seringkali kau hindari.
Aku ingin jatuh cinta kepada seorang manusia yang berkepribadian serupa denganku.

Lalu aku hanya akan ada disini, di toko buku, di toko barang bekas, di toko musik, di kedai kopi yang sepi, atau mungkin hanya di kamarku sedang menulis. Aku akan menunggumu seorang diri, mengabaikan orang lain yang berlalu lalang, berada di sepi dalam keramaian, sekedar karena malas bersosialisasi. Aku akan menutup pintuku dan hanya membuka untukmu.

Lalu kamu akan datang menghampiriku yang sedang sendiri.
"Introvert banget sih"
"Lho, kamu sendiri apa?"

Kamis, 17 Juli 2014

Kami adalah Pencipta.

Kami adalah sekelompok orang yang berkegiatan mencipta.
Aku adalah orang yang lahir di sekelompok orang itu, kami setiap hari hanyalah mencipta.
Mencipta apa yang kami cintai, atau yang dipaksakan pada kami.
Secara harfiah dari nama kelompok ini, kami adalah pencipta.
Jangan samakan kami dengan Tuhan, ciptaan kami tidak sempurna.
Tapi ciptaan kami memiliki sesuatu yang lebih berharga dari kesempurnaan.
Yaitu kebahagiaan dan kebanggaan.

Kami telah membuat seorang pelancong mancanegara menikmati indahnya pesona Indonesia dalam jarak kurang dari 400meter. Menjemputnya dengan sebuah karya dewa budaya bali, menjelajahi sekian banyak cita rasa Indonesia, memperlihatkannya Indonesia, semua hanya dalam 400 meter dan kurang dari 12 jam. Kami mampu menciptakan hal itu.
Kami telah membuat seorang warga negara Indonesia menikmati cerita kuno Mahabrata dengan menjadikan ia peran dari alurnya. Diantarkan oleh sebuah kapal karam melalui hutan lebat yang telah ditunggu oleh sebuah burung hantu, untuk akhirnya diperlihatkan sebuah perang besar antara tokoh utama cerita tersebut, Garuda wisnu Kencana dan Kadru, direalisasikan dalam sebuah jalan sepanjang 300meter di depan sekolah ternama di Bandung.
Kami, juga mampu menciptakan hal itu.

Kami adalah pencipta.
Yang terbaik yang kami akui.
Namun sekarang kami tidak mampu menciptakan sebuah karya yang biasanya kami bentuk.
Objek berupa kupu-kupu yang melebarkan sayapnya.
Karya ini akan kami cipta, tapi rasanya akan berbeda.
Karena dahulu kami mencipta dibawah tekanan, kami mencipta dengan kenangan, kami mencipta dengan waktu yang mengabadikan.
Sekarang bahkan waktu memisahkan kami untuk segera mencicipi kenikmatan hidup lainnya.
Waktu tidak membiarkan kami mencipta bersama lagi, mengulang masa itu lagi, terlalu banyak kondisi yang harus dipenuhi untuk mencapai masa itu lagi, dan kami tidak bisa menjanjikan waktu akan itu.

Pada akhirnya seekor ulat yang bernaung di bawah pohon yang sama akan berkembang menjadi seekor kupu-kupu untuk terbang meninggalkan naungannya melihat dunia luar yang lebih luas.
Karena sama dengan manusia, kami terikat akan waktu.

Rabu, 16 Juli 2014

Kamis, 10 Juli 2014

Terkadang.

Kadang kali hidup manusia itu susah ditebak. Tanpa malaikat pun kita tahu kita tak bisa menebak kehidupan seseorang. Tak perlu terlalu jauh mengambil contoh, hidupmu sendiri, hidupku sendiri bahkan tidak bisa ditebak. Bahkan oleh dirimu sendiri.

Manusia terkadang memiliki apa yang diinginkan dan apa yang dilakukan. Manusia adalah makhluk aneh yang selalu mengulang sesuatu. Kehidupan manusia sendiri adalah pengulangan kejadian, dimana tertidur, terbangun, jatuh cinta dan menderita  adalah kehidupan sehari-harinya. Tak bisa dipungkiri bahwa manusia akan jatuh cinta untuk melakukan sesuatu atau menderita karena sesuatu, seperti belajar menjadi sesuatu yang terpola, menjadi sesuatu yang berdasar kukuh dengan sebuah abjad a,b,c,d di dalam kamus kehidupannya, dengan menjadikan segala aktifitas nya ada dalam sebuah catatan buku dengan teraan waktu yang mengikat harinya, dengan menjadi orang yang bukan dirinya, semudah itu manusia menderita.

Manusia menderita bukan karena ia menginginkannya, tetapi buah dari apa yang dilakukannya.

Terkadang manusia harus menerima konsekuensi dari apa yang telah dibuatnya, bukan yang diinginkannya. Terkadang sebuah kegiatan menjadi kewajiban atau sebuah kecintaan, karena selain dasar dari dua itulah sebuah kata derita muncul. Terkadang menderita adalah jawaban dari sebuah tindakan yang ingin dilakukan, karena menolaknya adalah derita yang lebih lagi.Terkadang manusia melupakan lingkungannya seraya berkata 'Tidak' terhadap kata-kata kebenaran dari mulut lain. Terkadang manusia sendiri mengalami kebodohan, untuk melakukan apa yang ia tahu akan menyakitinya.

Terkadang manusia sendiri mengalami kebodohan untuk melakukan apa yang ia tahu akan menyakitinya.
Terkadang manusia tetap melakukannya karena alasan lain selain menderita.

Minggu, 06 Juli 2014

Diari 2, Kepulangan.

"Lagi apa?"
"Lagi pada kangen rumah"
Beberapa hari lalu, percakapan yang tidak sampai satu menit, di depan tempat yang membuat semua perasaan ini menjadi nyata. 
Tidak terlalu aneh kalimat yang terlontar, tidaklah aneh untuk dihiasi dengan air mata, percakapan dengan kata-kata penutup yang aneh namun tahu arti. "Aku ingin pulang"

Mereka adalah temanku, hanya segelintir orang yang waktu pertemukan di salah satu tempat dan bersama-sama mengikuti jalan ganesha. Mereka bisa disebut sebagai 'perantau', meninggalkan rumah tinggal mereka yang jauh disana, ayah dan ibundanya, dan berada disini, di kota yang aku cinta. Jarak mereka tempuh tapi yang mereka dapat hanya kenangan akan tempat tinggalnya.Terkadang aku kasihan kepada mereka. Kasihan kepada seorang nona yang melintas pulau, kepada seorang lelaki yang mengemudi 150km untuk mencapai tempat ini, kepada mereka yang menginginkan pulang.
Aku terkadang kasihan kepada mereka yang menitikkan air mata, pada mereka yang menginginkan kehangatan rumah.
Tapi berbeda dengan mereka, aku tidak ingin pulang.

Malam itu bulan seakan menemani tiap-tiap insan yang punya cerita. Mereka, dia, bahkan aku. Kami bercerita akan orang-orang malam, akan sesuatu yang tengah kami jalani, akan apa yang sebenarnya kami lakukan. Apa yang mempertahankan orang-orang ini untuk tetap ada di tempat ini sementara keinginan mereka begitu menggebu-gebu untuk menemui kegelisahan mereka? Apa yang mereka tunggu, yang mereka nanti hingga bisa merelakan kegelisahan mereka untuk tetap ada di hati mereka? Perantau ini yang merupakan bagianku, hanya takut untuk dilupakan. Mereka takut hilangnya tempat mereka pulang, takut akan tidak adanya yang menunggu, takut akan ketidaktahuan mereka akan hati keluarga mereka. Terlalu takut untuk menerima kegelisahan yang mereka buat.

Mereka semua ingin pulang, takut untuk dilupakan. Dan aku tak ingin pulang, terkadang ingin melupakan.

Terkadang untuk meninggalkan sesuatu yang kita sayang, justru kita harus berlaku sebaliknya. Agar pada saat kita hilang nanti, kita tidak terlalu merasa kehilangan. Menghapus jejak atau memori bisa menjadi salah satu opsi, bagian terpenting dari manusia yang tidak bisa benar-benar hilang. Terkadang manusia membuat kenangan, dan manusia sendiri ingin melupakan, tapi satu hal yang pasti, tidak ada manusia yang ingin dilupakan. Baik dalam hidup-dan mati. Dan kita yang berada, terkadang tak bisa menghalau kegelisahan ini.
Terkadang kita pura-pura menjadi tua untuk melewatinya, atau menjadi anak-anak untuk menghindarinya.

Malam itu adalah malam yang penuh dengan cerita.
Kehilangan, kegelisahan, kepercayaan, semua dihiasi oleh bulan.
Malam itu, bulan menyaksikan beberapa insan melepaskan kegelisahannya,
yang takkan hilang hanya untuk berbagi beban.
Terkadang aku iri kepada mereka, para perantau itu.
Terkadang aku menaruh iri kepada mereka yang berkata ingin pulang.
Mereka yang ingin pulang ke rumah.

Karena yang memisahkan mereka dengannya ada dalam satuan kilometer, dan yang memisahkan aku ada dalam satuan detik. Keberatan hati hanya untuk menggelisahkan ada dimana rumahku sekarang. Karena mungkin suatu aku juga ingin pulang. Aku juga tidak ingin dilupakan. Tapi pada saat itu, aku tidak tahu dimana rumahku, sama dengan kegelisahan para perantau itu.

Malam itu malam yang penuh cerita.
Tidak aneh jika ada air mata yang menetes di antara waktunya.

Jumat, 04 Juli 2014

Aku pulang.

Mengingatkan akan keadaan ini.

Bandung malam ini sungguh dingin.
Dinginnya berbeda, entah tubuh ini yang sudah tidak terbiasa,
atau kota ini yang sudah tak terbiasa dengan kehadiran aku yang tiba-tiba.
tapi kota ini malam ini sungguh menyayat dengan rasa beku yang diantarkan angin.
Seakan menyambut kembali aku dengan mengingatkan bagaimana kota yang aku cintai ini,
Seakan iri akan kepergianku berlari meninggalkan kota ini dengan takutnya,
Seakan mengatakan selamat datang padaku.

Maafkan aku yang pengecut, atas larinya kesalahanku pada tempat lain.
Terima kasih, atas bulan yang menerangi jalan pulang bagiku di kota ini.

Karena maaf, dan terima kasih adalah kata yang paling menyakitkan untuk menghiasi satu kalimat.

Halo kota Bandung, aku pulang.
Kamu belum berubah meski aku ingin berubah.

Senin, 30 Juni 2014

Disana Langit.

Mengapa aku memandang langit?
Mengapa kita berputar di bawah sini?
Sementara kamu berjalan pergi,
berterbangan meninggal kelopak sayap harum indahmu.
Persembahkan bagiku kebahagiaanmu,
sepucuk semu diatas semua yang bisu.
Walau polos akan semua yang palsu,
Aku berharap waktuku tak berlalu.
Karena aku selalu ingin kamu menghiasiku.
Merpati ibarat indahmu,
melayang di atasku, menghapus janji dengan pohonmu,
seakan terlalu malu untuk berkata selamat tinggal,
meninggalkan tanah mengejek manusia.
Langit,
Langitku ada disana, ya di atas sana.
Terbanglah sesukamu disana, aku menginginkannya.
Jangan bawa apapun dan jangan tinggalkan apapun, tolong.
Aku takut tidak bisa melepasmu.
Karena kamu bebas terbang ke langit manapun,
dan aku hanya diam menatapmu bisu.

Rabu, 18 Juni 2014

Tulisan.

Aku berharap kali ini tertulislah sebuah kisah.
Sebuah cerita untuk memutihkan mata pembaca, mengantarnya pada angan-angannya sebagaimana penulisnya berangan.
Sebuah cerita cinta, romansa, atau kehidupan.
Sebuah tulisan yang diketik oleh sepasang tangan rapuh dan gemetar.
Sebuah kisah yang ditulis karena jatuh cinta, dan sebuah kisah yang ditulis untuk menyembunyikan rasa jatuh cintanya. Karena sebagaimana adanya semua pikirannya adalah tentang dia.
Aku juga berharap kali ini menuliskan cerita seperti itu.

Aku berharap bisa menuliskan kata-kata indah seperti biasanya, yang menyanjung hati aku sebagai penulis. Bukan menuliskan kata-kata sedih dan sayup yang senantiasa menyayat hati pada saat menuliskannya. Karena kali ini aku pun bingung mana yang realita mana yang tidak ada.
Tapi kali ini tokoh utamanya bercerita tentang depresi, tekanan, dan semua kemungkinan buruk yang dapat terjadi. Tidak tahu ingin melakukan apa, tidak tahu apa yang dapat dilakukan. Tidak tahu bagaimana caranya bahagia, tidak ada yang ingin menolong.

Antara semua keinginannya akan orang yang ia sayang, semua rencananya terhadap orang yang ingin ia sayang, dan semua kisahnya bersama bagian hidupnya yang tentu ia sayangi. Mudah untuk menghancurkannya, hanya dengan melangkahkan kaki keluar dari hidupnya semua bagian hidup itu hancur tersendiri. Sebagaimana satu kaki harus melepaskan diri dari seonggok badan manusia dan hanya meninggalkan bagian pinggang ke atas bagi manusia. Sebuah perut untuk diingatkan bagaimana rasanya lapar, segenggam jantung untuk diingatkan bagaimana rasanya resah, gelisah, saat ia berdetak, satu leher untuk diingatkan bagaimana rasanya haus, sebuah mulut untuk diingatkan bagaimana rasanya dapat berbicara tapi tidak dapat berbicara dengan siapa-siapa, sebuah hidung bahkan untuk mengingatkan bagaimana rasanya sesak, sepasang mata untuk dapat melihat hal-hal yang menyakitkan, sepasang telinga untuk dapat ditutup agar ia tidak dapat mendengar apapun, sepasang tangan untuk dapat menuliskan hari-harinya tanpa perlu bergerak, dan sebuah otak dan pikiran untuk terus mengingatkan bahwa semuanya sudah pergi dan tanganmu hanya untuk menuliskan kisah sedihmu.
Semua, tanpa adanya kaki untuk membuktikan adanya kebahagiaan di luar sana. Semua, karena ia tidak percaya lagi apa-apa. Semua. Karena ia tidak mempunyai keberanian dan kemauan untuk keluar.

Ini hanyalah kehidupan seorang manusia sosial di antara manusia individual. Apa yang terjadi? Ia menjadi seorang diri.

Bukankah menulis adalah pekerjaan orang yang tidak bisa mencurahkan pikirannya pada kesehariannya? bukankah ia merasa bebas jika seorang diri di depan alat tulisnya? Tidakkah ia?

Mayoritas akan segalanya selalu mengalahkan suara minoritas. Suara sia-sia kaum yang merasa terpencil. Tapi mayoritas tidak akan pernah mengalahkan hati nurani manusia.

Hal itu berlaku jika hati nuraninya pun masih utuh.
Semoga tulisanku indah bagimu walaupun selalu mengundang air bagiku.

Selasa, 17 Juni 2014

Kegelisahan.

"Sesak, bingung, terpaku, dan hancur perlahan. Ketakutan adalah perasaan dasar manusia, namun kegelisahan menghancurkanmu dari dalam. Bentuk dari ancaman yang tak dapat dikendalikan atau bahkan dihindari. Karena ketakutan adalah bentuk pasti, sementara kekhawatiran adalah bentuk perspeksi manusia akan kondisi yang tidak ia sukai dan harus ia ikuti. Sesak, bingung, terpaku, dan hancur perlahan. Aku adalah salah satu korbannya"

Senin, 16 Juni 2014

Dinding.

Kamu percaya Tuhan?
Percaya ataupun tidak, menurutmu siapa yang membuat kepercayaan itu dan alat untuk mempercayai itu?
Setidaknya kamu memeluk agama atau tidak?
Apa kamu punya keberanian untuk memeluk agama? atau mempunyai keberanian yang lebih untuk tidak mempercayai Tuhan?
Aku percaya Tuhan, dan semoga kamu mempercayainya juga.
Tapi walau kita beda agama, beda kepercayaan, beda cara beribadah, aku paham satu hal.
Apapun namanya, apapun kamu memanggilnya, Tuhan itu baik.

Aku sering mengeluh pada Tuhan.
Kamu pernah mengeluh pada Tuhan? Bukankah ia pendengar yang paling baik?
Tapi ada saatnya Diri-Nya berbuat baik pada kita, memberikan kita yang terbaik, tetapi kita tidak bisa mencernanya?
Karena apa yang digunakan Tuhan adalah sesuatu yang kita tidak perlu ketahui?
Bukankah Tuhan pendengar yang baik, walau Diri-Nya tidak pernah memberikan jawaban pasti dan tidak menjawab pertanyaan kita dengan lisan?

Jadi biarkan aku memanjatkan doaku dengan tulisan,
Karena Tuhan tidak memberikan jawaban secara lisan.
Biarkan tulisan itu menjadi doa untuk hidup, doa untuk selamanya, dimana Tuhan akan jawab dengan cara-Nya.
Jadi tulislah doamu pada dinding yang bisu.

Biarkan aku menuliskan doaku di dinding ini.

Mengingat.

Dan biarkanlah seorang manusia hidup dengan mata tertutup.
Biarkan adanya seseorang yang menjalani harinya dengan buta.
Karena tahu sebagian lebih menyakitkan adanya daripada tidak mengetahui sama sekali.
Hidup dalam kebutaan adalah pilihan yang diutarakan manusia, untuk tidak mengenang dan mengingat,
Tidak juga membuat kenangan baru dan mereka memori baru.
Hidup dalam kebutaan adalah tidak melihat,
Dimana melihat sendiri adalah proses dari merekam ingatan.

Kata Cinta adalah tabu.
Karena mempunyai rasa cinta adalah melihat dengan jelas, apa yang dicintai.
Berkata tentang cinta adalah menjijikkan,
Dimana dalam tiap harinya melihat akan menjadi rabun,
Dan pada akhirnya akan menjadi buta, sampai kau tidak tahu bagaimana melihat jelas,
Mengaburkan aku,
Segala pilihanku,
Juga semua memori tentang waktu.

Dan pada saatnya, muncul orang yang diindahkan untuk perasaan tersebut,
Di dalam memori tanpa yakin bahwa itu bukan menjadi hal yang baik,
Tanpa sekalipun berpikir bahwa mengingatnya adalah hal yang baik,
Juga menyesali akan adanya rekaman itu untuk hanya sekedar diingat, dilihat dengan perasaan yang menjemukkan.
Lalu kamu bersyukur bahwa proses merekam ingatanmu berhenti, seakan sekarang kau hanya ingin mengingat catatan lama dalam hidup.
Dan berpikir untuk buta lalu hidup di masa lalu.
Pergi kemana dunia berhenti berputar, waktu berhenti berdetik, kenangan yang hanya indah dan tidak memburuk.
Tapi ternyata, otak hanya menyediakan rekaman kenangan hidupmu,
Hatimu yang memprosesnya.

Hatimu yang berperang melawannya, bukan otak-mu.

Diingat.

"Karena sulit untuk melupakan seseorang yang telah memberikan terlalu banyak kenangan untuk diingat. Dimana manusia ingin mengingat lebih dan tidak melupakan apa pun, dan mendapati bahwa masih ada kenangan akannya akan menghantui harinya."

Minggu, 15 Juni 2014

Hal tidak logis.

"Cinta adalah jawaban paling logis untuk semua perbuatan yang tidak logis."
-.. 

Sabtu, 14 Juni 2014

Pada akhirnya.

Pada akhirnya aku kembali lagi pada kalian.

Aku bersyukur pada Tuhan karena telah mempersilahkan tiga tahun bersama kalian.
Pada akhirnya yang mengerti kita adalah kita.

Pada awalnya kalian tidak bisa digantikan, walau manusia bodoh ini mencoba menggantinya dengan hal lain, dengan orang lain, dengan sahabat lain, dengan keluarga lain, dengan semua kebodohan lain.
Dan pada akhirnya semuanya kalah akan kenangan bersama kalian.
Aku ingin bersama kalian mengulang semuanya lagi,
karena kenangan kita lebih indah untuk diulang tidak hanya dikenang.

Pukul 13.00, hari ini kita bertemu lagi.

Kawan,
Berikanlah kenangan manis setelah semua yang pahit.

Jumat, 13 Juni 2014

Sembunyi.

Lari! Lari!
Hati-hati jangan lihat ke belakang!
Cepat pulang ke rumah dan bersembunyi! jangan sampai ia melihatmu!

Lari! Lari!
Hari ini kesialan melihatmu!

Sembunyi! Sembunyi!
Jangan keluar dari rumahmu!
Jangan sampai ia menangkapmu!

Lari! Sembunyi!
Jangan lihat ke belakang!

Aku ingin pulang.
Aku takut.
Aku takut.
Aku takut.

Biarkan aku sembunyi.
Aku takut.

Kamis, 12 Juni 2014

Untuk kamu yang sedih disana.

…Dan pada suatu sore aku akan berkata tentang cinta. Bahwa cinta itu berbeda dan tak pernah jadi satu, bahwa cintaku takkan jadi milikmu walau aku menginginkanmu dengan segala apa yang kita lakukan. Dengan segala kenangan indah bagiku dan biasa bagimu, karena kata-katamu tidak pernah tertuju padaku.
"Lalu kenapa dengan dirimu?"
"Pernahkah hatimu mengenal cinta?"
"Karena aku pernah lalu mengapa?" 
"Karena jika kamu mengakuinya kamu tidak mudah meninggalkannya semudah kamu jatuh cinta padanya. Pada akhirnya kata yang umum terdengar adalah jatuh cinta, bukan bangkit dari cinta." 
Dia yang ada disana pun hanya mampu melihatku, memahami tanpa mengerti apa yang terjadi pada diriku sementara pikirannya terpaut pada satu gadis lain, pada seorang wanita yang menjadi idamannya tanpa sedikitpun terketuk untuk melihat aku yang ada disini mengaguminya. Pada saat semua kata yang kulantun hanya menjadi desahan kecil seorang pengemis dan kata-kata yang dilantunkannya bagai petir di siang terang atau bunga di pelataran salju. Karena katamu bagiku telah membisukan semua kata di dunia, karena aku ingin katamu tertuju hanya untuk aku, dan karena sebenarnya aku mencintaimu.
Dan aku terbangun hanya untuk melihatmu mencinta orang lain.

Oh Tuhan, sebenarnya bukankah aku hanya bagian dari rencana kecilmu, bahwa mencinta bukan sebagai sebuah dosa yang diharuskan untuk dibayar dengan sebuah emas? Bukankah tidak apa bagiku untuk mencintai seseorang seperti dia, dan bukankah aku tidak melanggar apa yang kau larang? Lalu mengapa begitu berat bagiku untuk mencintai dia, bagaikan bahwa Kau tahu mencintanya adalah mendosa, bahwa aku dihukum hanya untuk mencinta seseorang yang tak kutahu bahwa salah?

Tapi sekarang aku tahu bahwa kamu tak pernah sekalipun melirikku dan tak pernah memandangku sebagaimana aku memandangmu.
"Memangnya kenapa dengan kata-katamu yang sekejap menggelegar itu?" sambil menyeringai ia berkata tanpa dosa
"Bisakah kamu melihatku dan berhenti tersenyum seperti itu?"
"Sebenarnya ada apa yang salah dengan diriku?"
"Tidak ada, orang bilang jika ingin membuat seseorang jatuh cinta maka buatlah ia tersenyum. Tapi ternyata setiap kali ujung bibirmu tersungging, akulah yang dibuat jatuh cinta. Dan aku benci akan itu" 
Sekali lagi ia hanya menatapku pergi dengan lesu, dengan apa yang aku ungkapkan padanya hanya akan berakhir sore ini. Semua kata-kataku yang ada dan semua yang aku lakukan bersama hanya memberatkan seseorang pada sore ini, bahwa kamu tidak akan pernah sadar percakapan ini tidak akan pernah terjadi karena biarkan aku berhenti mengagumimu sore ini dan membiarkanmu untuk orang lain.

Karena aku ingin sekali mengatakan kalimat terakhir itu padamu. Aku jatuh cinta padamu.
Tapi biarlah aku melepaskan hatiku darimu dan mencintamu dengan penyesalan.
Sore ini aku akan bercerita tentang cinta, dan sore ini aku menutup cerita itu dengan cinta. Bacalah cerita ini sebagaimana aku menceritakan kenangan kita pada orang lain.

Bagimu yang kucinta dengan penuh penyesalan.


Ditulis untuk seorang teman yang sedang sedih disana, karena aku tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya menuliskan kata-kata semangat untuknya.
Semangat ya.
P.S : Untuk aku, dan kamu yang selalu membaca juga menjadi inspirasi bagi orang ini untuk terus menulis. Penulis yang bodoh yang pada awalnya menuliskan hal untuk orang lain lalu mengetahui bahwa tulisannya berbalik kepadanya. Life is a box of chocolate.
-Alvin Noviansyah
THE BEATLES 1967 - 1970 Vynil side one.
Strawberry Swing Forever
Penny Lane
Sgt. Pepper's Lonely Hearts Club Band
With a Little Help from Friends
Lucy in The Sky With Diamonds
A Day in The Life
All You Need is Love
To think that I'm this hypnotized by this fellow old people. Thanks to you I love them too.

Yang terjadi.

Hari ini aku terbangun untuk mengatakan
bahwa aku ingin mengingatmu sampai terpejamnya mata.
Hari ini aku tertidur setelah mendoa
untuk masih mengingatmu sampai terbukanya kelopak.
Dan bagaimana aku bisa melupa, saat yang kau lakukan adalah menyanjung.
Dan bagaimana bisa diri mengingat, saat semua yang terfikir adalah yang kutabu.

Dewi pun bertanya malu saat bidadari turun memukau langit.
Dan kamu pemukauku,

Menata caramu yang anggun saat membuat seorang manusia terpapar malu,
sedang aku yang lain menatapmu dengan cemburu.
Memintai semua yang ada pada rasa ingin tahu dan candu,
sedang jarimu menari melantun irama lagu.
Menyungging senyum setara mawar yang malu,
membuat hari kelabu menjadi sayu.
Karena aku rasa aku inginkan kamu.

Dan percayakah abu saat senyummu jatuh,
bahwa senyummu adalah indahmu.
bahwa sunggingan itu keajaibanmu.
dan bahwa disini ada aku,
yang ingin memiliki keajaiban itu,
karena aku pemujamu dan kau pemukauku.

Dan hari ini aku akan bertanya, terkurungkah aku untuk memilikinya?
Maka bangunkan aku, sadarkan aku, dan katakan padaku,
bahwa aku ingin selalu memilikimu.
mengurungmu, atau melepasmu.
bahwa memilikimu itu ajaibku.

Senin, 09 Juni 2014

Courage.

Who need it?
Something that we know.
Something we want from i don't know why.

When there is something you debate for.
When there is someone whose involved in.
When there is no answer needed.
When thou know no one have it.

Answer can be sorrow.
Answer can be hateful.
Answer can be naive.
Naive more than just any.

When you're condemned to it.
When you know no but pray.
When you know there's no light.
You just need to be encouraged.

Courage is all you need for.
And retrieved by people above.
By someone whom just irrelated.
By someone you loved.

Meresahkan Bulan.

Aku tidak pernah melihat bulan resah.
Resah akan dirinya yang pasti digantikan matahari, akan dirinya yang selalu berada pada posisi tergelap, akan dirinya yang terkadang sendirian tanpa bintang yang menemani dan kekasih yang berada di sisi lain.
Karena bulan akan tetap indah dimanapun ia berada.

Bulan, kali ini melihatku yang sedang resah.
Resah akan dirinya yang mungkin berganti keinginan, akan dirinya yang tidak tahu jalan yang pasti, akan dirinya yang terkadang selalu merasa sendiri di tengah keributan kota.
akan dirinya yang selalu resah.
Karena ia butuh bulan untuk menerangi jalannya pulang pada saat terang hilang.
Karena ia butuh kertas untuk menorehkan kisah hidupnya pada saat tiada yang bercerita.
Karena ia butuh suara dimana semua suara di dunia berhenti mengalun.
Karena ia butuh teman dimanapun ia berada.

Aku adalah orang yang resah
Dan biarlah keresahan ini ditemani bulan
Dan berakhir saat senyum matahari menghangatkan.

Minggu, 08 Juni 2014

If I Fell.

If I fell in love with you
Would you promise to be true
And help me understand
Cos I've been in love before
And I found that love was more
Than just holding hands

If I give my heart to you
I must be sure
From the very start
That you would love me more than her

If I trust in you oh please
Don't run and hide
If I love you too oh please
Don't hurt my pride like her
Cos I couldn't stand the pain
And I would be sad if our new love was in vain

So I hope you see that I
Would love to love you
And that she will cry
When she learns we are two
Cos I couldn't stand the pain
And I would be sad if our new love was in vain

So I hope you see that I
Would love to love you
And that she will cry
When she learns we are two
If I fell in love with you

The Beatles - If I Fell
Favorit banget.

Sabtu, 07 Juni 2014

Cinta dan Uang.

Ada dua hal yang menjadi sumber segala kegiatan kamu dan aku di bumi.
Ada dua hal yang sampai saat ini menjadi hal yang paling dicari di bumi.
Ada dua hal yang paling berbeda, dan paling berkaitan di bumi.
Ada Cinta, dan Uang.

Menurutku cinta dan uang adalah dua hal yang paling penting di bumi. Setidaknya, kebanyakan orang berpikir uang adalah. Semua yang aku dan kamu lakukan berdasar dari dua hal ini, demi beberapa lembar kertas atau beberapa tetes cinta, karena beberapa lembar kertas atau beberapa tetes cinta, kenapa uang dan cinta?

Uang dan cinta adalah dua hal yang sangat--sangat berbeda. Uang adalah paksaan, dan cinta adalah kerelaan. Uang adalah kebutuhan, dan cinta adalah godaan. Semua orang butuh uang, atau apapun currency nya, dan semua orang mencari cinta, apapun bentuknya. Tetapi mana hal yang benar?

Semua manusia di dunia tahu uang, benarkah?
Saat bayi pertama melihat dunia, uangkah yang dia lihat? tahukah ia tentang uang? tapi aku yakin walau aku terlupa, bahwa pada saat aku lahir aku merasakan bagaimana rasanya dicintai.

Bagaimana dengan harga? Lebih tinggi mana harga cinta dan uang?
Uang memiliki nomor pasti berapa tinggi harga untuk lembaran kertas atau koin tersebut. Tetapi apakah cinta memiliki harga pasti? tidak. Cinta adalah saat dimana kamu memberikan harga tertinggi akan sesuatu, karena pada saat kau melakukan sesuatu karena cinta, kamu memberikan nominal tertinggi dalam hidup. Detik.

Uang tidak bisa membeli kebahagiaan? salah. Bayangkan uang adalah bahan bakar untuk mesin kendaraan, dimana jika memilikinya kamu bisa pergi kemanapun kau mau. Semua jalan kebahagiaan sepertinya terbuka bagimu, bisa membeli kebahagiaan, tapi tidak selamanya kebahagiaan ingin dibeli oleh uang. Bandingkan dengan cinta, yang diimajinasikan sebagai sepasang kaki, dimana jika memilikinya kamu bisa pergi kemanapun tanpa perlu adanya bahan bakar yang pasti, kamu akan pergi kemanapun dan mencari cara mencapai kebahagiaan itu sendiri dengan cara apapun, cara yang unik terkadang, karena pada saat mencinta kamu lupa semua hal dan hanya berpikir untuk mencinta. Karena cinta sendiri sepenuhnya kebahagiaan. Karena sakitnya cinta yang dirasa adalah kebahagiaan. Karena uang tidak bisa membeli cinta.
"Money can't buy me love - The Beatles"

Senin, 02 Juni 2014

Aku ingin bermimpi denganmu.

Aku ingin memilikimu.
Aku ingin wajahmu ada disampingku saat terbangun nanti, aku ingin membuatkan ukiran untukmu, dengan setiap  tetes darah yang rela terjatuh demi kesempurnaannya. Aku ingin melukismu di langit kamarku, memenuhi dindingku dengan kanvasmu dan penuhi lantaiku dengan tumpahan cat untuk wajahmu. Aku ingin memukaumu, menggantikanmu dengan untaian kata indah dengan berbagai nada yang tak pernah sempat dikatakan burung saat meninggalkan pohon untuk bersetubuh dengan langit, untuk menuliskan indahmu.
Aku ingin memilikimu.

Sekejap ini hanyalah aku, tapi biarlah hanya aku yang akan mengindahkan dirimu, memenuhi singgasana pemuja dengan karyaku, dengan hal yang terindah untuk lensa mataku, ya, kamu.

Aku ingin melakukan segalanya denganmu.
Mengindahkan dirimu sepenuhnya, dengan segala mimpi yang aku ukirkan diatas angan-angan indah berhiaskan momen-momen yang memukau manusia. Dengan segala coretan tinta di atas kertas bernama kehidupan, dengan sebuah pisau yang membentuk masa depan aku, dan pujaanku.

Saat ini hanyalah sebuah angan-angan mimpi.
Karena manusia diajarkan untuk bermimpi, dan tidak bisa disalahkan untuk bermimpi.
Karena aku ingin bermimpi denganmu.
Dan pada saatnya aku tidak ingin bermimpi lagi, untuk tertidur lagi.

Karena pada saatnya nanti, kamu ada disana dan mengingatkan aku.
Bahwa saat itu, realita lebih indah dari mimpi.

Saat ini, biarkan aku bermimpi, dan berdoa untuk bertemu denganmu disana.
Selamat tidur.

Bintang.

"Had you come into my life earlier, mine could be so much fun. Unless you are a star, there you are watching me, waiting to be discovered, whilst me are playing around in this fiction circle i made"

Malam itu gelap. Apa lagi yang mendeskripsikan malam?
Malam itu gelap katanya, gelap itu apa? gelap itu hitam, hitam itu apa? hitam itu warna. Sebentar, kenapa kalian bisa mendeskripsikan malam sebagai hitam, sementara kalian sendiri masih bisa melihat sesuatu saat malam? hitamkah? gelapkah? apa lagi yang mendeskripsikan malam?

Malam adalah saat dimana matahari tertidur. Malam adalah keajaiban dunia, dimana tanpa adanya cahaya, kita bisa menikmati suasana yang ada. Malam adalah selimut, dimana gelap yang ada seakan merangkul kita, bercanda dan tertawa bersama kemanapun perginya kaki. Malam adalah misteri, dimana pada waktunya kita tidak tahu apa yang ada di dalamnya. Malam adalah keindahan, dimana hanya pada saatnya kita bisa menikmati bintang, benda langit terindah yang bisa manusia nikmati dengan mata telanjang.

Bulan, adalah benda langit yang juga terlihat saat malam. Aku lebih suka menampakkan diriku pada bumi, tanpaku kalian akan kesulitan melihat. Bintang, adalah wujud dari sebongkah permata di antara lumpur, sebuah permata di atas kotornya bumi, sebuah permata yang menyanjung mata pengamatnya. Bintang itu indah. Bagiku, bulan adalah simbol sahabat, sementara Bintang, adalah simbol pengagum.

Bulan selalu ada di atas sana saat malam, selalu berbagi apa yang dia dapat dari matahari kepada kita yang berpijak di bumi. Bulan adalah sahabat bumi, selalu berkeliling untuk melihat sahabatnya di sisi lain, selalu memikirkan kita yang merindukan cahaya, selalu ada untuk kita pada saat kita membutuhkan benda terang. Bulan, adalah sahabat yang selalu ada untuk menggantikan matahari yang selalu sibuk.

Bintang, berbeda dengan bulan ia selalu ada di atas sana. Pagi, siang, sore, malam, pukul berapapun yang kau kata dia akan selalu ada disana, melihat kita yang berputar-putar di atas bongkahan batu pijar emas bernama bumi. Bintang tidak akan pergi kemanapun kecuali terdistraksi bintang lain, bintang hanya melihat apa yang ada di sana tanpa bisa mengikuti kemana sosok kecil di bumi itu pergi. Bintang adalah simbol pemuja, yang tanpa bisa berbuat apa, hanya berkarya tanpa perduli pujaannya tahu, tanpa bisa mengikuti kemana pujaannya pergi, tanpa bisa berbuat apa saat matahari menutupi sinarnya. Dan kita, berpijak di bumi, menanti nanti saat kita bisa melihat bintang sendiri, tanpa tahu perasaan satu dan lainnya.

Bintang adalah sosok pengagum, seorang pemuja, seorang pencipta dan seorang pecinta.
Biarkan aku jadi bintang yang memujamu, dengan sedikit harapan bahwa kamu melihatku.
Setidaknya sampai nanti matahari menutup cahayaku.

Minggu, 01 Juni 2014

Hey Jude?

Kemarin, sabtu 31 mei 2014 adalah hari yang suram.
Kemaren seharian internet nggak jalan jadi gabisa sama sekali buka yang namanya browser, blogger, bahkan google pun cuman load setengah di bar tab nya, jadi ya semua yg pengen ditulis udah aja ilang begitu kemaren.

Kemaren tuh padahal biasanya ada temen yang lagi jatuh cinta curhat, dia nungguin sampe malem jam 12-an tapi ga konek2 ya jadi harkos. Nah setelah sekian lama akhirnya ngechat sama Fauzy dzulfiqar (re: Jul) lagi. Berawal dari kata-kata gajelas kaya "Jul, nyanyiin aing lagu hey jude dong" dan ditimpali oleh "Yutub keles" bermulailah percakapan gajelas ini.

Oke sekedar intro, Jul ini orang yang terkesan jadul, dia baru punya hp blackberry gemini kelas 2 SMA itupun gara-gara disuruh sama kita-kita anak RB soalnya dulu ngehubungin Jul itu harus lewat Yahoo Messenger. Nah sebenernya oleh karena itu juga, doi adalah orang yang sangat berpengetahuan tentang hal-hal masa jahiliah, jadi otomatis, dia adalah orang yang tepat buat ngomongin The Beatles.

Jadi kemaren tuh ngomongin lagu dari The Beatles yang pastinya hampir semua orang tau. Bandnya, kalau lagunya sih yaudahlah, siapa juga yg suruh ngafalin 300-lebihan lagu. Lagu yang diomongin tuh lagunya yang berjudul 'Hey Jude' yang ternyata harusnya kata jul judulnya bukan itu.
"Kudunamah judulna Hey Jules lain Hey Jude."
Nah jadi bermula dari kata-kata itu, akhirnya gue ngerti lagu kesukaan gue dari Band kece ini.
Hey Jude itu seharusnya berjudul Hey Jules, Jules--singkatan dari Julian Lennon, Anak John Lennon katanya. Dulu katanya pas John lennon cerai sama Cynthia lennon, dan nikah lagi sama Yoko ono, Paul McCartney  ngunjungin mereka (Cynthia & Julian), silaturahmi katanya (ngerti kan arti silaturahmi? mendekatkan yang jauh). Nah karena simpati, Mccartney bikinin lagu buat Julian di mobilnya dalam perjalanan pulang. Keren gak sih bikin lagu di mobil, paling biasanya di mobil ngapain coba? Kalau gak galau ya dengerin lagu orang lain sambil nyanyi2 gajelas doi malah bikin lagu, keren kan ya.
"Hey jude don't make it bad, take a sad song and make it better. Remember, to let her into your heart, then you can start to make it better.."
Nah setelah dengerin cerita Jul, langsung make sense ini lirik. Keren banget ternyata ya. Sebenernya lagu Hey Jude ini dibikin diperuntukkan Julian Lennon supaya 'nerima' emak barunya kata Jul. Coba bayangin perasaan si Julian, pasti seneng banget dibikinin lagu sama McCartney.

Oke, sehabis bahas ini lagu kita ngebahas hal lain lagi, yang ngebawain lagunya, The Beatles.
Pernah ga sih kepikiran kalau dengerin lagu mereka, suara mereka ga setinggi itu atau ga se'khas' itu, dan instrumenny ga se'edan'itu, dan suka kepikiran kalau "Ah, gua juga bisa main lagu gitu" dan ternyata ga sehebat itu, tapi musik yang mereka bawain sehebat, seenak, seindah itu?
Pernah ga dengerin lagu coverannya The Beatles dan ngerasa lebih enak dari yang dibawain The Beatles? Nah oke saya sama Jul juga aneh sebenernya hahaha.

Kalau di Percy Jackson - The lightning thief  karya Rick Riordan, semua personil The Beatles itu anaknya Dewa Hermes, makanya mereka jadi kaya sekarang, legenda. Sebenernya dulu, saat belum kenal sama The Beatles dan cuman tahu namanya saya sempet kepikiran "Kalau itu bener, berarti semuanya make sense" Maklum anak SMP.

Oke jadi sebenernya kenapa saya jadi mikirin The Beatles, agak aneh kan ya tiba-tiba. Nah jawabannya mungkin ini sih,
"When you fall for someone, sometimes you prefer his/her world than yours and you start to like what others like, and sometimes when you found that your world and their are connected, you begin to fall even more"
Mungkin ditutup kata-kata itu aja paling ya hahaha
Kayanya saya juga jadi suka Band ini.

Jumat, 30 Mei 2014

Hujan.

Hari ini hujan.
Kamu telah dinanti,
Menunggu apa yang pohon tunggu,
Menunggu kamu,
Hujan

Apapun yang indah kamu bawa denganmu
Melodi tentang kesunyian, kepedihan,
Ketenangan, dan keindahan.
Kamu bawa untuk berselimut dengan tanah.

Tiap satu darimu menyentuh,
Tiap satu darimu jatuh,
Tiap aku mendambakan kamu,
Akankah kamu relakan jatuh,
Untuk mendambaku?

Hujan, selamat datang.
Teruslah berguguran, selimuti tanah yang mendambamu,
selimuti dengan indah yang kau bawa,
Dengan segala yang kau punya
Dengan segala damai yang ada.

Hari ini Hujan.

Rabu, 28 Mei 2014

Tertulis.

Membuang waktu dengan kalian sungguh menjadi candu.
Membuat sang kakek tua bersedih melihat kita yang bersenang-senang sungguh menyenangkan.
Aku jahat. Tetapi kakek tua pun tahu aku mengerti, dan ia menanggapi dengan senyum, karena bersama kalian mungkin ia tahu, bahwa aku hanya ingin bebas, dan ia pun tahu, aku mewujudkannya bersama kalian.

Sekarang, kita yang jahat ini, terpisah sesuatu.
Pernah berkata di suatu sore, bahwa jarak terjauh bukan dalam satuan sentimeter, meter, atau kilometer. Dan aku merasa kali ini hal yang terjadi ternyata hal yang paling tidak terkira itu.

Kita menginginkan hal yang sama dengan permainan yang sama, kita akan menghabiskan waktu bersama tanpa kita berpikir membuangnya. Aku akan mengukir jejak walau di tempat yang bahkan kakiku enggan melangkah kalau bersama kalian. Karena kita mempunyai ikatan yang aku bilang magis. Karena aku ingin ada bersama kalian, karena bersama kalian aku merasakan bebas. Aku merasakan terikat dengan hal yang aku sukai. Aku suka bersama-sama kalian.

Percayalah kita yang sekarang terpisah jauh. Selama di bawah langit yang sama dan di atas pijakan yang sama, kita akan terbebas sampai kita berpisah, dan akan terikat dengan tanah saat kita terpisah. Semoga kita sanggup menunggu saat kita membangun rumah lagi, saat kita membangun karya bersama lagi, saat nanti kita berkumpul dan kakek tua pun akan memandangi lagi dengan iri.

Inilah yang tertulis dan inilah yang tersurat, aku suka bersama kalian.
Biarlah kakek tua kesepian memandang aku yang sepi tanpa kalian.
Tapi berjanjilah untuk kembali, karena aku ada disini kawan.

Selasa, 27 Mei 2014

Iri.

Dengar,
Matikan egomu, hapus keringatmu, langkahkan kakimu dan dengarlah,
bukankah itu melodi terindah?
Melodi terindah kedua selain ombak.

Lihat muka mungilmu,
yang penuh pasir dan keringat,
berdebu dan pias tanpa warna,
aku hanya bisa mempersembahkan ini,
Musik paling indah yang aku kagumi selain suaramu,
Melodi ciptaan Tuhan.

Maka hapuslah keringatmu,
sunggingkan senyum indahmu,
warnai semua wajahmu dengan apa yang kusebut pesonamu,
karena alam menyambutmu dengan melodi indahnya,
maka aku juga ingin memperlihatkan kamu kepada mereka.
Inilah pemandangan terindah yang aku lihat di pelataran gedung-gedung tinggi kota.
Alam pun 'kan iri padaku.

Karena aku melihat hal yang indah,
Karena dia tidak diam,
Karena dia datang,
Karena dia bercerita,
Karena dia bersanding dengan indah alam.

Hai kamu yang kelelahan,
Bagaimana, apa kabar?
Aku yakin ingin tahu perasaanmu saat itu,
Aku yakin alam pun 'kan iri padaku.

Senin, 26 Mei 2014

Menyambut embun mentari.

Halo pembaca!

Ini blog isinya kan kadang suka serius, isinya kajian-kajian gajelas dari satu otak gajelas dari orang gajelas yang katanya sih lagi mengagumi orang gajelas atau apalah gitu ya, kan kali-kali pengen juga ngeretas ngomongin hal gak penting gitu di blog soalnya biasanya isinya kan kalau blog kalau ga gambar-gambar gajelas ya curhatan orang yang punya, gituya. Yaudahlah namanya juga lagi menunggu pagi.

Pernah ga sih jalan-jalan di kota kesayangan pada saat jam-jam segini? atau seenggaknya bangun jam segini dan gakbisa tidur karena ada acara penting di pagi harinya? oh kalau aku sih emang lagi gitu keadaannya.

Coba bayangin deh, jam 3 dini hari (malem sih sebenernya) baru kembali dari keramaian lampu di taman bermain yang disebut kota ke dalam sebuah kamar, dimana lampu tidur LED menyala dengan redupnya terus yang dilakukan pertama kali adalah buka laptop terus play itunes yang keluar lagu santai kayak the beatles gitu-- yang kenyataannya baru download beberapa minggu lalu gitu, jangan tanya kenapa-- terus hal pertama yang diketikkan di laman browser adalah:

  1. tab pertama   : blogger.com
  2. tab kedua      : alvinovian.blogspot.com
  3. tab ketiga      : tumblr.com
Oke serius kalau tab pertama dan kedua itu udah pasti langsung dibuka begitu buka safari (gasuka mozilla sih) nah tab ketiga ini nih yang jarang dibuka, kesannya udah lama gitu ga dibuka. Kalau kalian mau liat dimana dulu saya nulis dan bergalau-galau ria masa sma, buka aja alvinovian.tumblr.com

Intinya bukan mau promosi, bukan itu.
Jadi gini, di tab keempat entah kenapa kepikiran buka sebuah situs tumblr yang alamatnya gausah disebut. Kesannya stalking gitu ya? bukan kok. Eh sekarang malah lapur command+I bukannya keluar tulisan jadi italic malah ngebuka email. Abaikan. Maksudnya gini loh, iya bisa aja disebut stalking, atau aku lebih suka nyebutnya nyari referensi. mengagumi. dan ternyata disana emang banyak hal yang bisa dikagumi. Dan percaya ga, kalau jam-jam dan momen yang kaya gini nih, yang ngebuat semua tulisan di dunia indah adanya.

Di tab keempat ini, ada kata-kata 'introvert'. Sebenernya gangerti juga introvert tuh orang yang kayak gimana. Katanya introvert orang yang suka menyendiri gitu kan ya, nah kalau gitu saya yang suka jalan-jalan gajelas diem di satu tempat cuman buat sekadar nulis atau menikmati sepotong kehidupan manusia atau lukisan Tuhan juga bisa disebut introvert dong? Wah kalau bener kaya gitu, orang introvert tuh menarik ya!

Selain masalah introvert atau kata wikipedia INTJ (introversionintuitionthinkingjudgment), banyak yang bisa dibaca ceritanya. kenapa, kaget sampe search ke wikipedia? namanya juga cari referensi. Oke jadi intinya gini, semua orang punya cerita, semua orang punya sepotong momen, semua orang punya memori.
Dan suatu hal yang indah bisa menelusuri memori orang yang kita kagumi.

Waktu ini menunjukkan pukul 4.00 am, waktu dimana aku akan menyambut matahari dan embun pagi, waktu yang tepat untuk membaca kisah manusia.

Sabtu, 24 Mei 2014

Langitku!

"Langitku ada di atas sana, ya disana!"
"Kamu boleh terbang disana, tapi tolong! Jangan bawa apa-apa, dan jangan terlalu lama."
"Aku takut tak bisa membiarkanmu pergi"
"Tapi tak apa, kamu boleh ada disana." 

Diari II. Kebahagiaan

Hari ini berlalu begitu cepat, sehingga semua kenangan-kenangan indah tak lebih dari potret halus atau rangkaian kata yang bersarang di benakku.

Semua yang aku tulis disini adalah apa yang aku rasakan hari ini, dan semoga saat aku membacanya nanti aku bisa mengingat kebahagiaan ini lagi.

"Kamu tahu, apa itu apresiasi terbesar bagi sebuah karya seni? Aku tahu. Senyuman. Hari ini aku mendapatkannya."

"...Hari ini banyak yang dikorbankan demi penghargaan. Hari ini ada yang kecewa karena abstain dan ada yang, hmm.. semoga saja senang dengan kehadiran. Ada yang sedih karena tidak diberi waktu dan ada yang senang karena sedikitnya waktu. Hari ini penuh komplikasi"

"...Kamu tahu mengapa aku menulis? mungkin salah satunya untuk dibaca olehmu?"

"Aku mendapat kejelasan akan sesuatu, tentang sesuatu yang katanya manusia sulit gambarkan dan ungkapkan. Apa namanya? oh ya, Perasaan."

"Hari ini banyak pengunjung, aku senang!"

"…Aku ingin memperlakukannya sebagai seorang putri, sebagaimana ia memperlakukan aku sebagai seorang seniman. Karena itu adalah hal yang paling indah."

Kebahagiaan itu kupu-kupu. Kau mencari, kau takkan mendapatkannya.
Tapi coba alihkan perhatianmu ke berbagai hal kecil lain,
Maka ia akan bersandar tenang di pundakmu.

Tanpa kalian.

Ini dibuat untuk kita yang selalu mempertanyakan hubungan satu sama lain.

Sudah berapa lama kita berpisah? sudah berapa lama kita tidak berkumpul bersama? Atau setidaknya sudah berapa lama aku tidak bertemu dengan kalian? Rindukah kalian dengan saat-saat kita bersama? saat dunia ada di genggaman kita, saat kita masih bersama dalam tujuan berkarya, saat celana ini dipenuhi darah berwarna merah atau cat warna-warni dengan serabut yang melepas satu dan lainnya, dan saat waktu tidak lagi menjadi batasan dalam mengukirkan kenangan?
Ingatkah kalian bahwa dulu dengan egoisnya kita menjabatkan diri kita dengan kata 'Yang Terbaik?'

Aku ingat dan semoga takkan pernah lupa.

Kemarin sore aku berbincang dengan temanku Fauzy dzulfiqar lewat layanan chatting online karena, yah kami semua berpisah. Tidak ada lagi seusai sekolah di bawah pohon besar dengan canda-tawa dan jabatan tangan yang seakan formalitas. Sekarang aku menanti-nanti masa formalitas itu kembali.
Kemarin kami berbincang tentang sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu penting, tapi kami hangat akan itu, itulah yang kusuka dari mereka. Dimana aku bisa mengucapkan kata yang tidak berarti maupun penting, tapi tetap ditimpali dan dihargai. Setelah berbincang-bincang aku mencetuskan bahwa aku telah membuat sesuatu yang dulu sering kami buat, sebuah dekoran.

Aku, teringat kenapa aku membuat karya ini.

Dekorasi Makrab II SAPPK 2013


Karya ini, adalah karya yang aku ciptakan bersama M. Fajri Arief Mahmuda kurang lebih sekitar 3  hari. Konsep dekoran ini dibuat menyerupai kristal, sebuah kristal berjumlah lima buah di tengah melambangkan ingatan, memoir, karena kristal dan ingatan memiliki satu kesamaan. Mereka indah dan mereka rapuh. Disambung dengan lampu kecil yang dibungkus kristal berjumlah 200 buah dan sebuah roll film yang diletakkan di belakang jam--jam ini berjalan berlawanan arah dengan arah jarum jam aslinya. Arti filosofi dari dekoran ini adalah, kami mempunyai suatu ingatan-ingatan kecil yang dilambangkan dengan kristal kecil, menyala-nyala karena ingatan itu terus berlanjut, Menyambung kepada kristal besar, dimana itu adalah satu ingatan besar kami bahwa kami pernah menjadi satu angkatan. Roll film melambangkan proses merekam, ingatan. Dan Jam melambangkan bahwa waktu terus berlalu, dan ingatan akan terus merekam, yang mana suatu saat jam itu bergerak mundur melambangkan bahwa saat itu kita bukan membuat kenangan baru, melainkan mengulang kenangan-kenangan lama. Itu yang aku sebutkan sebagai arti dari dekorasi ini.

Tapi sebenarnya akulah orang yang sangat mengerti arti dekoran ini sebenarnya.

Kristal ini adalah hasil manifestasi dari perasaan seseorang yang tidak bisa melanjutkan hidupnya, karena memiliki sesuatu yang tidak bisa ia tinggalkan selama-lamanya. Tidak bisa karena hal yang begitu indah.
Kristal ini juga adalah bentuk kenangan seseorang, dimana ia tidak ingin melupakan meski harus dilupakan.
Kristal ini adalah hasil karya yang aku buat demi usaha melarikan diri.

Tapi kristal ini juga sebagai suatu bukti. Bukti kepada kalian yang memiliki ingatan bersamaku, bahwa dengan ini kita harus pergi. Seperti yang Dzulfiqar katakan dalam situsnya, 
"...bahwa saya tidak akan pernah kembali kepada waktu-waktu tersebut dan terlalu banyak syarat yang harus dipenuhi untuk membuat keadaan hari ini menjadi ulangan dari sejarah tersebut."
Ada satu penyesalan,
Ada satu penyesalan bagiku dimana pada saat dekoran itu menjalankan fungsinya, aku tidak bisa melakukan hal yang ingin aku katakan walau ingin diabadikan demi mengingat bahwa rekaman waktu ini pernah ada.
Setidaknya aku akan mengatakannya :
"Kristal ini aku buat untuk kalian, dengan segala pengalaman yang kudapat bersama kalian, dengan konsep yang lahir berkat kalian juga, dan dengan segala kenangan yang telah kita buat. Tapi lihat, aku membuatnya bersama orang lain--bukan kalian. Dengan ini aku membuktikan satu hal..."
"Bahwa yang kita dapat dan lakukan bukanlah menciptakan dekoran, bukanlah berkarya mencipta sesuatu yang nyata. Bahwa yang kita lakukan adalah menciptakan sejarah, akan adanya suatu perasaan hangat selama tiga tahun disana." 
Sampai jumpa teman, ternyata tanpa kalian aku masih bisa berkarya.

Jumat, 23 Mei 2014

Be·bas /bébas/

be·bas /bébas/ a 1 lepas sama sekali (tidak terhalang, terganggu, dsb sehingga dapat bergerak, berbicara, berbuat, dsb dng leluasa):

Bebas adalah kata-kata yang diciptakan manusia.
Apapun yang diciptakan manusia, tentu bisa dilenyapkan oleh manusia.
Tapi bisakah manusia terlepas dari kata bebas?

Dahulu, sebelum manusia menemukan apa yang disebut kemerdekaan, sebelum manusia memiliki negara dan aturan hukum, manusia yang disebut budak mengelu-elukan kebebasan. Sekarang saat manusia memiliki kemerdekaan dan kebebasan itu, benarkah kalau mereka bebas?


Bebas dalam artian umum adalah tidak terhalang, tidak terbelenggu, dan tidak terikat atas apa pun. Kamu bisa menaruh tanda garis pada kata 'apa pun'. Saat manusia mendeklarasikan bahwa dirinya bebas, sebenarnya ia hanya terlepas dari suatu kewajiban dan akan mendapatkan kewajiban yang lain. Saat manusia dinyatakan bebas dari penjara, ia memiliki kewajiban untuk mengurusi dirinya sendiri. Dimana di penjara ia diberikan makanan, disediakan kamar tahanan, dan diberikan waktu untuk berbincang. saat ia bebas dari kurungan itu, ia memiliki tanggung jawab untuk mencari makanan sendiri, mencari tempat tinggal, dan mencari teman. Seperti itulah kebebasan yang manusia elu-elukan, seperti itulah bebas.


Ada yang berkata 

"My life is mine only, no one can judge me but God himself - Hidupku milikku, tidak ada yang boleh mengubahnya kecuali Tuhan"
yang mana semua yang dikatakan adalah benar. Karena semua pilihan manusia adalah manusia sendiri yang tentukan. Karena manusia punya akal, dan manusia dapat bertindak atasnya, manusia tidak terikat untuk menentukan pilihan. Yang manusia lakukan, adalah hasil dari pikiran dan keputusan manusia itu sendiri. Jadi sebenarnya, apakah manusia bisa benar-benar bebas?
Menurutku, selama manusia masih mempunyai akalnya, manusia takkan pernah bebas.

Manusia terbelenggu akan satu hal dan hanya satu yang ia tidak akan pernah terlepas darinya. Akal dirinya sendiri.


Saat manusia merasa terikat akan sesuatu, sebenarnya ia mengikat dirinya sendiri. Mengikat akan perasaan-perasaan aneh yang ada. Pada saat ia merasa bertanggung jawab pada seseorang, ia mengikat dirinya pada orang tersebut, membuatnya merasa terbelenggu dan takbisa bebas dari perasaan terikat itu. Pada saat manusia menentukan pilihan, ia tidak merasa bebas dalam memilih, karena di dalam otaknya ada berbagai hal yang mempengaruhi, tuntutan, tanggung jawab, orientasi masa depan, dan sebagainya. Padahal dalam kasus-kasus di atas, bisa saja seseorang memilih untuk pergi dari semua hal, keluar dari segala macam pilihan yang ada, membangkang pada semua aturan yang ada. Tapi akankah ia bebas? tidak. Ia masih terikat dengan dirinya sendiri, ia masih harus mengurus tubuhnya, semua hal terikat satu sama lain, dan arti kata terikat itu sendiri tidak membenarkan kata bebas. Manusia tidak akan pernah bebas, ia tidak bebas karena ia tidak membenarkan kata bebas itu sendiri.



"Manusia memilih untuk terikat, dan bagi manusia itu adalah kebebasannya."
"Kebebasan untuk terikat dimana ia menginginkannya

Selasa, 20 Mei 2014

Suka cerita.

"Aku suka akan kehadiran kamu dalam hidupku. 
Aku suka akan waktu-waktu yang kamu buang di depan mataku.
Aku suka akan coretan-coretan kecil di kertas aneh bertuliskan pelajaran yang aneh pula.
Yang kamu lakukan hanya mencoretnya,
Mencoret kertas ini, dan meninggalkan coretan indah juga
dalam kristal ingatan manusia 
yang disebut Aku."

"Aku mungkin suka menghabiskan waktu denganmu 
Aku mungkin akan suka dengan segala kesenanganmu 
Karena aku jatuh cinta,maka cintalah juga padaku. 
Manusia mencinta tak bisa disalahkan karena cinta. 
Aku akan suka semua hal aneh tentangmu"

"Aku sepertinya suka hidupmu 
Aku sepertinya suka aku yang memikirkan hidup 
hidup seseorang 
yang aku sebut kamu."

"Semua ini aku tahu, karena aku teringat"

"Karena mungkin aku jatuh cinta"

--Malam 21 dan berpikir puitis. Otak berhenti saat manusia mencinta.

Sabtu, 17 Mei 2014

Pertemanan.

Pertemanan bisa seindah ini.

Pertemanan bisa seindah bulan yang selalu bersama matahari. Membagi cahaya bersama setiap hari dengan tanpa henti dan tanpa ragu, karena mereka akan bersama--selalu.
Pertemanan bisa seindah pensil dan penghapus. Dengan setianya satu takkan berfungsi maksimal tanpa lainnya. Dengan seorang pensil yang takbisa menghapuskan dosanya tanpa penghapus yang akan berkurang seiring waktu untuk memaafkan dosa temannya--Sampai suatu saat mereka habis bersama.
Pertemanan bisa seindah kayu dan api. Yang walau sang api menyayangi yang lain, kayu akan merelakan dirinya agar sang api bercahaya lebih lama, agar temannya akan mati bersama dengannya nanti. Teman, karena cinta api hanya pada air.
Pertemanan bisa seindah momen ini.

Di tengah kota yang bercahaya, di depan sebuah meja, di sekitar lima orang lainnya selain aku, dimana momen hangat yang terjadi berbagi bersama kelima orang yang melakukan hal yang berbeda. Dengan satu dengan fantasinya, tiga yang berkarya dengan hal yang ada, berharap seni akan menganggapnya bagian diri dan membuatnya menyanjung yang melihatnya, dengan satu yang bernyanyi dan diteriaki, dan aku yang menuliskan kisah ini.

Tanpa sesuatu yang mengekang, tanpa sesuatu yang mengajak dan tanpa lainnya yang terikat. Semua hanya waktu, yang memeluk momen hangat ini. Waktu hanya seperti bapak tua yang memandangi tanpa sempat berbuat apa-apa untuk menghentikannya, karena apa yang terjadi saat ini, kamilah yang punya, kami ciptakan dan kami juga yang akan menghentikan. Karena aku, dia, dia, dia, dia,dan dia membuat ini tanpa rencana, dan aku--kami takkan membiarkan siapapun menghentikan tanpa kami yang menyetuju. Manusia membuat kenangan sepanjang hidupnya, sampai satu meninggalkan lainnya, dan sampai saat itu, waktu akan membayanginya. Sampai waktu yang membayanginya habis, sampai waktunya habis, ia akan terus membuat kenangan, dan karena waktu berbatas, aku ingin membuat kenangan sebanyak mungkin bersama mereka, sebanyak aku bisa bersama mereka. Biarlah waktu yang membuktikan hal ini pernah terjadi.

Pak tua akan menceritakan kisah ini kepada anaknya sebagai sesuatu yang mengganggunya.

Karena aku punya teman sehangat ini, dan ia hanya bisa memandanginya.