Kamis, 17 Juli 2014

Kami adalah Pencipta.

Kami adalah sekelompok orang yang berkegiatan mencipta.
Aku adalah orang yang lahir di sekelompok orang itu, kami setiap hari hanyalah mencipta.
Mencipta apa yang kami cintai, atau yang dipaksakan pada kami.
Secara harfiah dari nama kelompok ini, kami adalah pencipta.
Jangan samakan kami dengan Tuhan, ciptaan kami tidak sempurna.
Tapi ciptaan kami memiliki sesuatu yang lebih berharga dari kesempurnaan.
Yaitu kebahagiaan dan kebanggaan.

Kami telah membuat seorang pelancong mancanegara menikmati indahnya pesona Indonesia dalam jarak kurang dari 400meter. Menjemputnya dengan sebuah karya dewa budaya bali, menjelajahi sekian banyak cita rasa Indonesia, memperlihatkannya Indonesia, semua hanya dalam 400 meter dan kurang dari 12 jam. Kami mampu menciptakan hal itu.
Kami telah membuat seorang warga negara Indonesia menikmati cerita kuno Mahabrata dengan menjadikan ia peran dari alurnya. Diantarkan oleh sebuah kapal karam melalui hutan lebat yang telah ditunggu oleh sebuah burung hantu, untuk akhirnya diperlihatkan sebuah perang besar antara tokoh utama cerita tersebut, Garuda wisnu Kencana dan Kadru, direalisasikan dalam sebuah jalan sepanjang 300meter di depan sekolah ternama di Bandung.
Kami, juga mampu menciptakan hal itu.

Kami adalah pencipta.
Yang terbaik yang kami akui.
Namun sekarang kami tidak mampu menciptakan sebuah karya yang biasanya kami bentuk.
Objek berupa kupu-kupu yang melebarkan sayapnya.
Karya ini akan kami cipta, tapi rasanya akan berbeda.
Karena dahulu kami mencipta dibawah tekanan, kami mencipta dengan kenangan, kami mencipta dengan waktu yang mengabadikan.
Sekarang bahkan waktu memisahkan kami untuk segera mencicipi kenikmatan hidup lainnya.
Waktu tidak membiarkan kami mencipta bersama lagi, mengulang masa itu lagi, terlalu banyak kondisi yang harus dipenuhi untuk mencapai masa itu lagi, dan kami tidak bisa menjanjikan waktu akan itu.

Pada akhirnya seekor ulat yang bernaung di bawah pohon yang sama akan berkembang menjadi seekor kupu-kupu untuk terbang meninggalkan naungannya melihat dunia luar yang lebih luas.
Karena sama dengan manusia, kami terikat akan waktu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar