Jumat, 30 Mei 2014

Hujan.

Hari ini hujan.
Kamu telah dinanti,
Menunggu apa yang pohon tunggu,
Menunggu kamu,
Hujan

Apapun yang indah kamu bawa denganmu
Melodi tentang kesunyian, kepedihan,
Ketenangan, dan keindahan.
Kamu bawa untuk berselimut dengan tanah.

Tiap satu darimu menyentuh,
Tiap satu darimu jatuh,
Tiap aku mendambakan kamu,
Akankah kamu relakan jatuh,
Untuk mendambaku?

Hujan, selamat datang.
Teruslah berguguran, selimuti tanah yang mendambamu,
selimuti dengan indah yang kau bawa,
Dengan segala yang kau punya
Dengan segala damai yang ada.

Hari ini Hujan.

Rabu, 28 Mei 2014

Tertulis.

Membuang waktu dengan kalian sungguh menjadi candu.
Membuat sang kakek tua bersedih melihat kita yang bersenang-senang sungguh menyenangkan.
Aku jahat. Tetapi kakek tua pun tahu aku mengerti, dan ia menanggapi dengan senyum, karena bersama kalian mungkin ia tahu, bahwa aku hanya ingin bebas, dan ia pun tahu, aku mewujudkannya bersama kalian.

Sekarang, kita yang jahat ini, terpisah sesuatu.
Pernah berkata di suatu sore, bahwa jarak terjauh bukan dalam satuan sentimeter, meter, atau kilometer. Dan aku merasa kali ini hal yang terjadi ternyata hal yang paling tidak terkira itu.

Kita menginginkan hal yang sama dengan permainan yang sama, kita akan menghabiskan waktu bersama tanpa kita berpikir membuangnya. Aku akan mengukir jejak walau di tempat yang bahkan kakiku enggan melangkah kalau bersama kalian. Karena kita mempunyai ikatan yang aku bilang magis. Karena aku ingin ada bersama kalian, karena bersama kalian aku merasakan bebas. Aku merasakan terikat dengan hal yang aku sukai. Aku suka bersama-sama kalian.

Percayalah kita yang sekarang terpisah jauh. Selama di bawah langit yang sama dan di atas pijakan yang sama, kita akan terbebas sampai kita berpisah, dan akan terikat dengan tanah saat kita terpisah. Semoga kita sanggup menunggu saat kita membangun rumah lagi, saat kita membangun karya bersama lagi, saat nanti kita berkumpul dan kakek tua pun akan memandangi lagi dengan iri.

Inilah yang tertulis dan inilah yang tersurat, aku suka bersama kalian.
Biarlah kakek tua kesepian memandang aku yang sepi tanpa kalian.
Tapi berjanjilah untuk kembali, karena aku ada disini kawan.

Selasa, 27 Mei 2014

Iri.

Dengar,
Matikan egomu, hapus keringatmu, langkahkan kakimu dan dengarlah,
bukankah itu melodi terindah?
Melodi terindah kedua selain ombak.

Lihat muka mungilmu,
yang penuh pasir dan keringat,
berdebu dan pias tanpa warna,
aku hanya bisa mempersembahkan ini,
Musik paling indah yang aku kagumi selain suaramu,
Melodi ciptaan Tuhan.

Maka hapuslah keringatmu,
sunggingkan senyum indahmu,
warnai semua wajahmu dengan apa yang kusebut pesonamu,
karena alam menyambutmu dengan melodi indahnya,
maka aku juga ingin memperlihatkan kamu kepada mereka.
Inilah pemandangan terindah yang aku lihat di pelataran gedung-gedung tinggi kota.
Alam pun 'kan iri padaku.

Karena aku melihat hal yang indah,
Karena dia tidak diam,
Karena dia datang,
Karena dia bercerita,
Karena dia bersanding dengan indah alam.

Hai kamu yang kelelahan,
Bagaimana, apa kabar?
Aku yakin ingin tahu perasaanmu saat itu,
Aku yakin alam pun 'kan iri padaku.

Senin, 26 Mei 2014

Menyambut embun mentari.

Halo pembaca!

Ini blog isinya kan kadang suka serius, isinya kajian-kajian gajelas dari satu otak gajelas dari orang gajelas yang katanya sih lagi mengagumi orang gajelas atau apalah gitu ya, kan kali-kali pengen juga ngeretas ngomongin hal gak penting gitu di blog soalnya biasanya isinya kan kalau blog kalau ga gambar-gambar gajelas ya curhatan orang yang punya, gituya. Yaudahlah namanya juga lagi menunggu pagi.

Pernah ga sih jalan-jalan di kota kesayangan pada saat jam-jam segini? atau seenggaknya bangun jam segini dan gakbisa tidur karena ada acara penting di pagi harinya? oh kalau aku sih emang lagi gitu keadaannya.

Coba bayangin deh, jam 3 dini hari (malem sih sebenernya) baru kembali dari keramaian lampu di taman bermain yang disebut kota ke dalam sebuah kamar, dimana lampu tidur LED menyala dengan redupnya terus yang dilakukan pertama kali adalah buka laptop terus play itunes yang keluar lagu santai kayak the beatles gitu-- yang kenyataannya baru download beberapa minggu lalu gitu, jangan tanya kenapa-- terus hal pertama yang diketikkan di laman browser adalah:

  1. tab pertama   : blogger.com
  2. tab kedua      : alvinovian.blogspot.com
  3. tab ketiga      : tumblr.com
Oke serius kalau tab pertama dan kedua itu udah pasti langsung dibuka begitu buka safari (gasuka mozilla sih) nah tab ketiga ini nih yang jarang dibuka, kesannya udah lama gitu ga dibuka. Kalau kalian mau liat dimana dulu saya nulis dan bergalau-galau ria masa sma, buka aja alvinovian.tumblr.com

Intinya bukan mau promosi, bukan itu.
Jadi gini, di tab keempat entah kenapa kepikiran buka sebuah situs tumblr yang alamatnya gausah disebut. Kesannya stalking gitu ya? bukan kok. Eh sekarang malah lapur command+I bukannya keluar tulisan jadi italic malah ngebuka email. Abaikan. Maksudnya gini loh, iya bisa aja disebut stalking, atau aku lebih suka nyebutnya nyari referensi. mengagumi. dan ternyata disana emang banyak hal yang bisa dikagumi. Dan percaya ga, kalau jam-jam dan momen yang kaya gini nih, yang ngebuat semua tulisan di dunia indah adanya.

Di tab keempat ini, ada kata-kata 'introvert'. Sebenernya gangerti juga introvert tuh orang yang kayak gimana. Katanya introvert orang yang suka menyendiri gitu kan ya, nah kalau gitu saya yang suka jalan-jalan gajelas diem di satu tempat cuman buat sekadar nulis atau menikmati sepotong kehidupan manusia atau lukisan Tuhan juga bisa disebut introvert dong? Wah kalau bener kaya gitu, orang introvert tuh menarik ya!

Selain masalah introvert atau kata wikipedia INTJ (introversionintuitionthinkingjudgment), banyak yang bisa dibaca ceritanya. kenapa, kaget sampe search ke wikipedia? namanya juga cari referensi. Oke jadi intinya gini, semua orang punya cerita, semua orang punya sepotong momen, semua orang punya memori.
Dan suatu hal yang indah bisa menelusuri memori orang yang kita kagumi.

Waktu ini menunjukkan pukul 4.00 am, waktu dimana aku akan menyambut matahari dan embun pagi, waktu yang tepat untuk membaca kisah manusia.

Sabtu, 24 Mei 2014

Langitku!

"Langitku ada di atas sana, ya disana!"
"Kamu boleh terbang disana, tapi tolong! Jangan bawa apa-apa, dan jangan terlalu lama."
"Aku takut tak bisa membiarkanmu pergi"
"Tapi tak apa, kamu boleh ada disana." 

Diari II. Kebahagiaan

Hari ini berlalu begitu cepat, sehingga semua kenangan-kenangan indah tak lebih dari potret halus atau rangkaian kata yang bersarang di benakku.

Semua yang aku tulis disini adalah apa yang aku rasakan hari ini, dan semoga saat aku membacanya nanti aku bisa mengingat kebahagiaan ini lagi.

"Kamu tahu, apa itu apresiasi terbesar bagi sebuah karya seni? Aku tahu. Senyuman. Hari ini aku mendapatkannya."

"...Hari ini banyak yang dikorbankan demi penghargaan. Hari ini ada yang kecewa karena abstain dan ada yang, hmm.. semoga saja senang dengan kehadiran. Ada yang sedih karena tidak diberi waktu dan ada yang senang karena sedikitnya waktu. Hari ini penuh komplikasi"

"...Kamu tahu mengapa aku menulis? mungkin salah satunya untuk dibaca olehmu?"

"Aku mendapat kejelasan akan sesuatu, tentang sesuatu yang katanya manusia sulit gambarkan dan ungkapkan. Apa namanya? oh ya, Perasaan."

"Hari ini banyak pengunjung, aku senang!"

"…Aku ingin memperlakukannya sebagai seorang putri, sebagaimana ia memperlakukan aku sebagai seorang seniman. Karena itu adalah hal yang paling indah."

Kebahagiaan itu kupu-kupu. Kau mencari, kau takkan mendapatkannya.
Tapi coba alihkan perhatianmu ke berbagai hal kecil lain,
Maka ia akan bersandar tenang di pundakmu.

Tanpa kalian.

Ini dibuat untuk kita yang selalu mempertanyakan hubungan satu sama lain.

Sudah berapa lama kita berpisah? sudah berapa lama kita tidak berkumpul bersama? Atau setidaknya sudah berapa lama aku tidak bertemu dengan kalian? Rindukah kalian dengan saat-saat kita bersama? saat dunia ada di genggaman kita, saat kita masih bersama dalam tujuan berkarya, saat celana ini dipenuhi darah berwarna merah atau cat warna-warni dengan serabut yang melepas satu dan lainnya, dan saat waktu tidak lagi menjadi batasan dalam mengukirkan kenangan?
Ingatkah kalian bahwa dulu dengan egoisnya kita menjabatkan diri kita dengan kata 'Yang Terbaik?'

Aku ingat dan semoga takkan pernah lupa.

Kemarin sore aku berbincang dengan temanku Fauzy dzulfiqar lewat layanan chatting online karena, yah kami semua berpisah. Tidak ada lagi seusai sekolah di bawah pohon besar dengan canda-tawa dan jabatan tangan yang seakan formalitas. Sekarang aku menanti-nanti masa formalitas itu kembali.
Kemarin kami berbincang tentang sesuatu yang sebenarnya tidak terlalu penting, tapi kami hangat akan itu, itulah yang kusuka dari mereka. Dimana aku bisa mengucapkan kata yang tidak berarti maupun penting, tapi tetap ditimpali dan dihargai. Setelah berbincang-bincang aku mencetuskan bahwa aku telah membuat sesuatu yang dulu sering kami buat, sebuah dekoran.

Aku, teringat kenapa aku membuat karya ini.

Dekorasi Makrab II SAPPK 2013


Karya ini, adalah karya yang aku ciptakan bersama M. Fajri Arief Mahmuda kurang lebih sekitar 3  hari. Konsep dekoran ini dibuat menyerupai kristal, sebuah kristal berjumlah lima buah di tengah melambangkan ingatan, memoir, karena kristal dan ingatan memiliki satu kesamaan. Mereka indah dan mereka rapuh. Disambung dengan lampu kecil yang dibungkus kristal berjumlah 200 buah dan sebuah roll film yang diletakkan di belakang jam--jam ini berjalan berlawanan arah dengan arah jarum jam aslinya. Arti filosofi dari dekoran ini adalah, kami mempunyai suatu ingatan-ingatan kecil yang dilambangkan dengan kristal kecil, menyala-nyala karena ingatan itu terus berlanjut, Menyambung kepada kristal besar, dimana itu adalah satu ingatan besar kami bahwa kami pernah menjadi satu angkatan. Roll film melambangkan proses merekam, ingatan. Dan Jam melambangkan bahwa waktu terus berlalu, dan ingatan akan terus merekam, yang mana suatu saat jam itu bergerak mundur melambangkan bahwa saat itu kita bukan membuat kenangan baru, melainkan mengulang kenangan-kenangan lama. Itu yang aku sebutkan sebagai arti dari dekorasi ini.

Tapi sebenarnya akulah orang yang sangat mengerti arti dekoran ini sebenarnya.

Kristal ini adalah hasil manifestasi dari perasaan seseorang yang tidak bisa melanjutkan hidupnya, karena memiliki sesuatu yang tidak bisa ia tinggalkan selama-lamanya. Tidak bisa karena hal yang begitu indah.
Kristal ini juga adalah bentuk kenangan seseorang, dimana ia tidak ingin melupakan meski harus dilupakan.
Kristal ini adalah hasil karya yang aku buat demi usaha melarikan diri.

Tapi kristal ini juga sebagai suatu bukti. Bukti kepada kalian yang memiliki ingatan bersamaku, bahwa dengan ini kita harus pergi. Seperti yang Dzulfiqar katakan dalam situsnya, 
"...bahwa saya tidak akan pernah kembali kepada waktu-waktu tersebut dan terlalu banyak syarat yang harus dipenuhi untuk membuat keadaan hari ini menjadi ulangan dari sejarah tersebut."
Ada satu penyesalan,
Ada satu penyesalan bagiku dimana pada saat dekoran itu menjalankan fungsinya, aku tidak bisa melakukan hal yang ingin aku katakan walau ingin diabadikan demi mengingat bahwa rekaman waktu ini pernah ada.
Setidaknya aku akan mengatakannya :
"Kristal ini aku buat untuk kalian, dengan segala pengalaman yang kudapat bersama kalian, dengan konsep yang lahir berkat kalian juga, dan dengan segala kenangan yang telah kita buat. Tapi lihat, aku membuatnya bersama orang lain--bukan kalian. Dengan ini aku membuktikan satu hal..."
"Bahwa yang kita dapat dan lakukan bukanlah menciptakan dekoran, bukanlah berkarya mencipta sesuatu yang nyata. Bahwa yang kita lakukan adalah menciptakan sejarah, akan adanya suatu perasaan hangat selama tiga tahun disana." 
Sampai jumpa teman, ternyata tanpa kalian aku masih bisa berkarya.

Jumat, 23 Mei 2014

Be·bas /bébas/

be·bas /bébas/ a 1 lepas sama sekali (tidak terhalang, terganggu, dsb sehingga dapat bergerak, berbicara, berbuat, dsb dng leluasa):

Bebas adalah kata-kata yang diciptakan manusia.
Apapun yang diciptakan manusia, tentu bisa dilenyapkan oleh manusia.
Tapi bisakah manusia terlepas dari kata bebas?

Dahulu, sebelum manusia menemukan apa yang disebut kemerdekaan, sebelum manusia memiliki negara dan aturan hukum, manusia yang disebut budak mengelu-elukan kebebasan. Sekarang saat manusia memiliki kemerdekaan dan kebebasan itu, benarkah kalau mereka bebas?


Bebas dalam artian umum adalah tidak terhalang, tidak terbelenggu, dan tidak terikat atas apa pun. Kamu bisa menaruh tanda garis pada kata 'apa pun'. Saat manusia mendeklarasikan bahwa dirinya bebas, sebenarnya ia hanya terlepas dari suatu kewajiban dan akan mendapatkan kewajiban yang lain. Saat manusia dinyatakan bebas dari penjara, ia memiliki kewajiban untuk mengurusi dirinya sendiri. Dimana di penjara ia diberikan makanan, disediakan kamar tahanan, dan diberikan waktu untuk berbincang. saat ia bebas dari kurungan itu, ia memiliki tanggung jawab untuk mencari makanan sendiri, mencari tempat tinggal, dan mencari teman. Seperti itulah kebebasan yang manusia elu-elukan, seperti itulah bebas.


Ada yang berkata 

"My life is mine only, no one can judge me but God himself - Hidupku milikku, tidak ada yang boleh mengubahnya kecuali Tuhan"
yang mana semua yang dikatakan adalah benar. Karena semua pilihan manusia adalah manusia sendiri yang tentukan. Karena manusia punya akal, dan manusia dapat bertindak atasnya, manusia tidak terikat untuk menentukan pilihan. Yang manusia lakukan, adalah hasil dari pikiran dan keputusan manusia itu sendiri. Jadi sebenarnya, apakah manusia bisa benar-benar bebas?
Menurutku, selama manusia masih mempunyai akalnya, manusia takkan pernah bebas.

Manusia terbelenggu akan satu hal dan hanya satu yang ia tidak akan pernah terlepas darinya. Akal dirinya sendiri.


Saat manusia merasa terikat akan sesuatu, sebenarnya ia mengikat dirinya sendiri. Mengikat akan perasaan-perasaan aneh yang ada. Pada saat ia merasa bertanggung jawab pada seseorang, ia mengikat dirinya pada orang tersebut, membuatnya merasa terbelenggu dan takbisa bebas dari perasaan terikat itu. Pada saat manusia menentukan pilihan, ia tidak merasa bebas dalam memilih, karena di dalam otaknya ada berbagai hal yang mempengaruhi, tuntutan, tanggung jawab, orientasi masa depan, dan sebagainya. Padahal dalam kasus-kasus di atas, bisa saja seseorang memilih untuk pergi dari semua hal, keluar dari segala macam pilihan yang ada, membangkang pada semua aturan yang ada. Tapi akankah ia bebas? tidak. Ia masih terikat dengan dirinya sendiri, ia masih harus mengurus tubuhnya, semua hal terikat satu sama lain, dan arti kata terikat itu sendiri tidak membenarkan kata bebas. Manusia tidak akan pernah bebas, ia tidak bebas karena ia tidak membenarkan kata bebas itu sendiri.



"Manusia memilih untuk terikat, dan bagi manusia itu adalah kebebasannya."
"Kebebasan untuk terikat dimana ia menginginkannya

Selasa, 20 Mei 2014

Suka cerita.

"Aku suka akan kehadiran kamu dalam hidupku. 
Aku suka akan waktu-waktu yang kamu buang di depan mataku.
Aku suka akan coretan-coretan kecil di kertas aneh bertuliskan pelajaran yang aneh pula.
Yang kamu lakukan hanya mencoretnya,
Mencoret kertas ini, dan meninggalkan coretan indah juga
dalam kristal ingatan manusia 
yang disebut Aku."

"Aku mungkin suka menghabiskan waktu denganmu 
Aku mungkin akan suka dengan segala kesenanganmu 
Karena aku jatuh cinta,maka cintalah juga padaku. 
Manusia mencinta tak bisa disalahkan karena cinta. 
Aku akan suka semua hal aneh tentangmu"

"Aku sepertinya suka hidupmu 
Aku sepertinya suka aku yang memikirkan hidup 
hidup seseorang 
yang aku sebut kamu."

"Semua ini aku tahu, karena aku teringat"

"Karena mungkin aku jatuh cinta"

--Malam 21 dan berpikir puitis. Otak berhenti saat manusia mencinta.

Sabtu, 17 Mei 2014

Pertemanan.

Pertemanan bisa seindah ini.

Pertemanan bisa seindah bulan yang selalu bersama matahari. Membagi cahaya bersama setiap hari dengan tanpa henti dan tanpa ragu, karena mereka akan bersama--selalu.
Pertemanan bisa seindah pensil dan penghapus. Dengan setianya satu takkan berfungsi maksimal tanpa lainnya. Dengan seorang pensil yang takbisa menghapuskan dosanya tanpa penghapus yang akan berkurang seiring waktu untuk memaafkan dosa temannya--Sampai suatu saat mereka habis bersama.
Pertemanan bisa seindah kayu dan api. Yang walau sang api menyayangi yang lain, kayu akan merelakan dirinya agar sang api bercahaya lebih lama, agar temannya akan mati bersama dengannya nanti. Teman, karena cinta api hanya pada air.
Pertemanan bisa seindah momen ini.

Di tengah kota yang bercahaya, di depan sebuah meja, di sekitar lima orang lainnya selain aku, dimana momen hangat yang terjadi berbagi bersama kelima orang yang melakukan hal yang berbeda. Dengan satu dengan fantasinya, tiga yang berkarya dengan hal yang ada, berharap seni akan menganggapnya bagian diri dan membuatnya menyanjung yang melihatnya, dengan satu yang bernyanyi dan diteriaki, dan aku yang menuliskan kisah ini.

Tanpa sesuatu yang mengekang, tanpa sesuatu yang mengajak dan tanpa lainnya yang terikat. Semua hanya waktu, yang memeluk momen hangat ini. Waktu hanya seperti bapak tua yang memandangi tanpa sempat berbuat apa-apa untuk menghentikannya, karena apa yang terjadi saat ini, kamilah yang punya, kami ciptakan dan kami juga yang akan menghentikan. Karena aku, dia, dia, dia, dia,dan dia membuat ini tanpa rencana, dan aku--kami takkan membiarkan siapapun menghentikan tanpa kami yang menyetuju. Manusia membuat kenangan sepanjang hidupnya, sampai satu meninggalkan lainnya, dan sampai saat itu, waktu akan membayanginya. Sampai waktu yang membayanginya habis, sampai waktunya habis, ia akan terus membuat kenangan, dan karena waktu berbatas, aku ingin membuat kenangan sebanyak mungkin bersama mereka, sebanyak aku bisa bersama mereka. Biarlah waktu yang membuktikan hal ini pernah terjadi.

Pak tua akan menceritakan kisah ini kepada anaknya sebagai sesuatu yang mengganggunya.

Karena aku punya teman sehangat ini, dan ia hanya bisa memandanginya.

Kamis, 15 Mei 2014

Aku ingin mengajakmu minum teh.

Aku jarangkali menghias tempat ini dengan hal indah beraroma seni.
Tempat yang seharusnya kosong tanpa pengunjung saat semua orang beraktifitas dan pemiliknya meninggalkan tempatnya.
Tapi di saat selang waktuku, saat pesawat yang melaju itu singgah dan melihat tempatnya memulai terbangnya, ia selalu melihat ada pengunjung disana.

Kamu, yang selalu ada untuk membaca tempatku walau tidak ada apapun yang baru dan tidak ada aku untuk menyambutmu. Aku ingin mengajakmu minum teh.

Terima kasih, itu sangat berarti.

Selasa, 13 Mei 2014

Seni terindah.

"Menurutmu, apa itu seni yang paling indah? Kalau untukku, mungkin ciptaan Tuhan yang disebut wanita."
Seni, adalah sesuatu yang abstrak. Apa yang kamu tahu tentang seni? Mungkin bagi sebagian orang yang umum, seni adalah sesuatu yang dipelajari manusia--tentang keindahan,harmonisasi,dan lainnya. Atau definisi lainnya seni adalah ungkapan ekspresi manusia yang ditumpahkan atau dicurahkan pada suatu bidang, entah itu berupa nada-nada indah, lukisan agung, atau tulisan terhalus yang pernah ada. Bagiku, seni bisa berarti apa saja.

Seni, menurutku adalah ungkapan ekspresi seorang pencipta yang ia tuangkan pada sebuah perbuatan dimana melukis, mencipta nada, membuat syair, adalah salah satu hal yang umum dilakukan. Tetapi lebih dari itu, seni adalah perbuatan mempengaruhi penikmatnya, dimana dalam karya yang ia cipta dapat membuat penikmatnya merasakan emosi yang dirasakan penciptanya. Seni adalah sebuah mimpi dimana ilmu pasti tidak bisa menjabarkannya. Seni adalah hasil keindahan yang dapat menggerakkan perasaan indah orang yang melihatnya. Seni, adalah apa yang aku lakukan setiap hari. Karena aku percaya satu hal :
"Sesuatu yang indah meninggalkan kenangan, dan apa yang dilakukan manusia setiap harinya adalah membuat kenangan."
Seni, dapat dituangkan ke berbagai benda nyata yang ada di dunia. Ia bisa diekspresikan, tapi tak dapat dijabarkan. Kami, seorang seniman memiliki cara sendiri untuk menuangkan ekspresi kami. Kami dapat menuangkannya dalam bentuk lukisan, sebuah garis-garis yang mengalun lembut pada sebuah media yang menghasilkan gambar, atau dalam sebuah tulisan dimana penggambaran akan sesuatu dilakukan melalui untaian kata-kata yang mengambang, mengambil imajinasi untuk sekedar dikembalikan pada diri sendiri. Kami dapat menuangkannya dalam bentuk nada-nada, untaian suara yang dihasilkan berbagai benda di bumi yang menghasilkan suatu irama, mengalun indah pada gendang telinga sang pendengar mengantarkan ekspresi sang pencipta nada. Seni ada dimana-mana, jajaran pohon di satu sudut kota adalah seni, pergerakan manusia di suatu tempat masyarakat adalah seni, Aku menikmati seni, karena itu aku menjadi salah satu penciptanya.

Namun ada satu hal, apa itu seni terindah?
Seni, seperti yang aku sebut adalah sesuatu yang abstrak, sama seperti waktu, makna hidup manusia dan segala yang kutahu adalah ciptaan-Nya. Aku, mengembalikan seni yang terindah kepada pencipta dari seni itu sendiri, Tuhan.
"Tuhan menciptakan yang aku sebut seni, aku pula yang menyimpulkan patokan terindah dari sebuah seni adalah ciptaan-Nya. Aku menyebutnya wanita"
Tuhan menciptakan momen momen indah yang pernah kau lihat. Tuhan pula yang menciptakan apa yang kau gunakan untuk menikmati keindahan itu, apalagi yang mau kau bantah tentang seni terindah adalah hal yang diciptakan Tuhan sementara untuk mengukurnya pun kamu perlu apa yang Tuhan berikan?

Momen dimana bulan bersama dengan para bintangnya menerangi kota di malam hari dan membentuk suatu barisan tertentu adalah seni yang indah. Lukisan tentang pandangan alam dimana semua elemen tergambar di dalamnya adalah seni yang indah. Simfoni yang dilantunkan suatu orkestra di malam yang hangat yang menghanyutkan indra pendengaran adalah indah. Namun ada satu hal, dimana bersama hal itupun, keindahan ia bawa, ia menggambarkan seni itu sendiri, dan dengan sosok itu terciptakan momen-momen lain yang indah. Aku, menyimpulkan wanita adalah benda ciptaan Tuhan yang paling indah. 

Pernahkah kamu menggambarkan sesosok wanita, dan membandingkannya dengan semua hal indah di dunia? Matanya yang bagaikan permata indah misalnya? atau rambut yang gemulai seperti untaian benang sutra yang halus tak terhalang apapun, dengan senyum seindah matahari di saat ia menampakkan senyumnya yang malu-malu di balik sebuah gunung pada pagi hari? Aku pernah, karena lukisan pertama yang aku buat adalah wanita.
"Wanita, adalah sesosok permata yang belum diasah, semakin kau melihatnya semakin kau sadar akan cahaya di baliknya. Wanita tidak tidak-indah, ia hanya belum menemukan mata yang tepat untuk memandangnya. Karena Manusia terpisah, manusia mencari, dan manusia menemukan."
Keindahan wanita, akan bertambah seiring kau jatuh cinta dengannya. Karena cinta adalah manifestasi dari kata indah itu sendiri.

Senin, 12 Mei 2014

Ketakutan beralasan.

Diari: 12 Mei 2014

Ini adalah minggu akhir semester 2, minggu minggu dimana mahasiswa *** mulai hectic. Disini, masa depan ditentukan oleh penjurusan yang mana menentukan juga masa depan mahasiswanya. Mereka yang ketakutan, mereka yang sedih dengan hasil sebelumnya, mereka yang panik, dan mereka yang pasrah. Tidak ada yang bahagia secara penuh.

Aku takut, takut dengan kesalahan membuat pilihan. Bukan untuk menentukan masa depan, tapi untuk menentukan masa kini. Aku butuh sesuatu, untuk membuat semua orang yang ingin aku buat bahagia, bahagia. Akankah orangtuaku, orang yang sangat ingin aku banggakan dapat menerima hasil yang aku dapat nantinya? Karena aku ada di ambang batas, batas antara percaya mimpiku atau keluargaku.

Haruskah memilih mimpiku yang sebenarnya belum terealisasi bahkan dengan imajinasi sendiri? ataukah harus menerima sesuatu seperti keluarga baru?

Sabtu, 10 Mei 2014

Kota ini.

Aku selalu suka kota ini

Dengan atau tanpa mereka, aku selalu suka kota ini.
Ini kota yang nyaman, tempat aku mengukirkan kenangan bersama orang-orang yang disayang, tempat diukirnya setiap jejak langkah manusia yang melewati atau sekedar berpapasan dalam jejak langkah hidupku.
Mereka yang berlalu lalang tidaklah sama, mereka berbeda tanpa satu identikal sama lainnya. Mereka tidak pernah sama dalam hal prioritas, tidak semuanya penting, atau bersinggah terlalu lama, mereka semua hanya memiliki kesamaan pada satu hal yang pasti. Kita sekarang ada karena mereka lewat di tengahnya.

Kota ini, selalu menjadi tempat pertama dan terakhirku untuk menenangkan diri. Pada pukul 12.00 dini hari kota ini kembali menjadi kota yang aku kenal. Sebuah taman kecil dengan lampu gelap yang menyala di atas kumparan cahaya bulan, berlalu lalang di depan dan melewati manusia yang diam. Angin yang berjalan menyapa pipi yang merona akibat kedinginan, ataupun malu karena pulang dengan hati yang kusut, suara suara hanya terdengar sebagai derungan sepeda motor, yang melaju dengan kecepatan tinggi karena tidak rela membiarkan pesona sang angin pudar di wajahnya. Aku selalu suka kota ini, karena mereka selalu mengerti aku.
Aku tidak mengerti mereka.
"Mereka yang mengerti aku"

Aku selalu suka kota ini.
Mereka tidak pernah membiarkan seorang manusia-- aku, pulang dengan hati atau pikiran yang kusut. Jalanan kota yang lengang selalu melepaskan semua dahaga yang kau perlukan setelah melepas tenaga untuk menjalankan kewajiban dalam suatu kegiatan yang membuat penat. Angin-angin yang dingin tidak pernah melepaskan sayatannya dari hati dan pikiran yang kusut, seakan mengiris semua tali-tali yang mengikat dan membiarkannya bebas lepas terbang bersama angin-angin yang terus menukik menuju manusia lainnya yang membutuhkan. Lampu-lampu gelapnya yang selalu berhasil menutupi keindahan sang rembulan, dan menciptakan sebuah momen baru dimana aku dapat mengetahui indahnya sesuatu hal. Kota ini tidak pernah melepaskan manusia yang bingung, aku selalu suka kota ini.

Kota ini milikku selepas dini.
Kota ini milikku.

Candu, Cinta, tentang Coretan.

Kamu tahu rasanya menjadi seorang pencandu?
Atau mungkin Pencoret, penulis?
Pelukis, pemuja, pemusik, penikmat, pengarang?
Aku tahu kamu pernah tahu rasanya cinta.

Cinta, adalah rasa ingin akan sesuatu. Ingin memiliki. Cinta yang tidak memiliki bukanlah rasa cinta, hanya rasa kagum, rasa suka, karena jika kamu mencinta, kamu memiliki.

Cinta, adalah sebuah rasa nyaman, sebuah reaksi kimia yang terjadi antara tubuh kita dengan sebuah benda--mati, ataupun hidup. Cinta berlaku pada semua makhluk di bumi, seperti hukum gravitasi, kamu tidak akan mau melawannya, karena beda dengannya aku yakin, kamu ingin merasakan cinta.

Cinta terjadi untuk berbagai hal. Seorang individu dapat mencinta di banyak tempat, itu tidak salah karena sebenarnya, cinta bukan sesuatu yang murni. Cinta terjadi seiring hati memilih, dan kadang bertentangan dengan pikiran--yang dikendalikan oleh otak. Satu hari kamu bisa merasakan cinta, pergi dan saat kembali hatimu menginginkannya dan otakmu menolaknya, hal itu sering terjadi karena cinta, adalah peribahasa tubuh untuk memiliki, mengasihi, memberi, pada sesuatu yang kau cintai.
"Karena kamu bisa memberi tanpa mencinta, tapi kamu tak mungkin bisa mencinta tanpa memberi"

Sekarang, kamu tahu akan cinta.

Tahukah kamu akan candu?

Candu adalah rasa tidak bisa lepas dari sesuatu hal. Candu biasa terdengar sebagai sebuah dampak dari penggunaan obat-obatan terlarang bagi stereotype masyarakat. Candu bukan hal yang buruk, kamu pernah merasakan candu, akan hal yang aku tak tahu karena kamu pun tak tahu.

Candu adalah rasa keinginan akan sesuatu hal yang berjalan secara kontinuitas dan indefinitif.  Candu seakan seperti menghirup aroma teh, sebelum kau tahu rasanya, kau akan menghirupnya. terus menerus.

"Candu, tidak berbeda jauh dengan cinta."

Aku sebagai penulis, tentu memiliki candu akan banyak hal. Aku kecanduan menulis. Rasa yang aku dapatkan pada saat orang lain berkomentar tentang senangnya mereka membaca tulisanku adalah rasa candu bagiku. Rasa candu untuk tetap berkomentar, menuliskan hal-hal indah, dan menorehkan kisah-kisah hanya sekedar untuk dibaca, dikagumi, dan aku yang mengagumi kalian yang membaca.
Aku kecanduan membaca. Seperti saat pertama membuka selebaran berbau kertas baru yang berwarna coklat, seiring waktu aku tak bisa lupa akan ceritanya dan candu untuk meneruskan perjalanan ke dalam bagian-bagian indah karangan sang penulis. itu candu.
Aku kecanduan melukis. Seperti saat pertama kali lukisan yang aku buat ditujukan kepada orang yang saat itu aku kagumi. Satu garis, dua garis, tiga garis, hapus, satu garis, dua garis… aku tak bisa menyimpan alat lukisku sebelum aku puas akan lukisanku, sebelum sebuah kanvas putih menjadi sebuah karya indah dari manusia yang indah.

"Aku kecanduan, dan aku cinta akan itu. Dengan mencandu kamu tidak mencinta, tapi saat kamu mencinta, kamu mencandu."

Mudah bagi seseorang untuk memiliki candu akan satu hal, dengan cinta akan hal tersebut.
Dan manusia terkadang mencinta orang yang memiliki candu yang sama.
Aku akan jatuh cinta pada hal itu.

Selasa, 06 Mei 2014

Waktu

"Waktu itu sebenarnya apa? satuan pasti? konsep? atau apa?"
" Waktu itu mengikat apa tidak? saat ini ada atau tidak? aku tidak mengerti. Jadi waktu itu apa?"
Pada zaman dahulu, kurang lebih tahun 1800sm, hidup seorang  manusia biasa bernama dor. Dor, adalah orang yang sangat senang menghitung. pada zaman tersebut belum ditemukan satuan angka, dor hanya menghitung dan menghitung tanpa tahu satuan untuk hal yang dia hitung. Dor memiliki dua sahabat, salah satunya bernama Alli, yang kemudian menjadi istrinya. Kehidupan mereka indah, sangat indah dengan Alli yang sabar melihat kekasihnya senang menghitung, menghitung apa saja yang ia lihat. Suatu hari, dor merasa penasaran akan adanya benda benderang di langit (matahari) dan benda lainnya pada hari gelap (bulan). Rasa penasaran membuatnya ingin menghitung lagi, kali ini dia menghitung apa yang harusnya manusia tidak lakukan sepanjang hidupnya.
Dor membuat sebuah alat, dimana alat tersebut berbentuk hampir serupa dengan jam pasir, yang ia isi dengan air laut. suatu ketika pada saat matahari tenggelam, ia pergi ke laut. Di sana, ia menunggu tetesan-tetesan air turun dari satu mangkok ke mangkok lainnya, semua ia lakukan demi menghitung, mengukur, melakukan apa yang ia sukai. Saat bola bundar kemerahan itu muncul di ufuk timur, ia menoreh garis di atas permukaan air pada mangkok bawah dari alat yang dia buat. "Ini adalah batas antara gelap dan terang, ini adalah perbedaan gelap dan terang, ini adalah Waktu perbedaan gelap dan terang" dan itu, adalah pengukuran pertama manusia terhadap waktu.
Sejak saat itu, muncul kemalangan di kota tempat dor tinggal, ia diasingkan karena diduga melakukan hal yang membuat dewa marah. Raja kota tersebut, yang pada saat itu menguasai roma, mendatangi dor, teman lamanya untuk membuatnya menyerah untuk mengukur hal-hal lain. Ia berkata "Dewa sedang murka padamu, dewa murka pada apa yang kau lakukan. Tapi tenang sahabatku, aku akan membangun suatu menara, dimana menara itu akan menembus langit dimana tempat para dewa tinggal, dan aku, Aku akan menghujam kediaman mereka dengan berbagai panah-panah dan tombak tombak besi untuk membuktikan bahwa aku adalah raja dari segala sesuatu di dunia" yang mana ia maksud adalah menara babel. Dor tidak mau menyerah, ia rela diasingkan asalkan dengan kekasihnya tercinta. namun dewa yang mereka idamkan tidak menghendakinya. Alli mendapat serangan penyakit yang tidak diketahui penyebabnya, tubuh alli gelam bagaikan batu, penyakit menular, dan tidak diketahui tabib manapun. Dor yang marah akan para dewa berlari menaiki menara babel yang belum rampung dan menantang para dewa. semua dewa yang menjatuhkan kemalangan kepadanya. semua itu terjadi hanya karena ia mengukur sesuatu.
"Manusia yang pertama kali mengukur anugerah Tuhan"

Sepenggal cerita diatas adalah hasil rangkuman yang aku tahu tentang waktu. sejarah waktu.
Waktu menurutku adalah satuan yang tidak pasti. Waktu adalah anugerah Tuhan pertama yang pernah diukur manusia sebagai suatu satuan. Waktu tidak pernah ditemukan darimana asal-usulnya. Waktu itu apa? tidak akan ada yang tahu karena menurutku, waktu adalah anugerah Tuhan yang mana Tuhan pun tidak memberikan patokan terhadapnya. Dalam kitab-kitab suci Tuhan hanya menyimpulkan siang dan malam, tidak ada tentang jam berapa, menit berapa dan sebagainya. Waktu, bukan satu hal yang absolut

Pernahkan, kalian ada di satu tempat seperti bengkel motor, dimana kalian menunggui motor kalian di suatu antrean dan kalian seolah merasa waktu tersebut sangat lama, kalian rasa berjam-jam sementara saat kalian lihat dalam benda bernama jam tangan, waktu yang kalian lalui tidak sampai satu menit?
Pernahkan, kalian ada di satu tempat seperti café bersama sahabat, dimana kalian berbincang-bincang di suatu sudut kota dan kalian seolah merasa waktu tersebut sangat sebentar, kalian rasa kalian baru sampai di tempat itu dan pada saat kalian lihat dalam benda bernama jam tangan, waktu yang kalian lalui lebih dari berjam-jam adanya?

Waktu tidak pernah menjadi sesuatu yang absolut, waktu berbeda di tiap manusia. Waktu yang ada sekarang di masyarakat, adalah sebuah satuan dengan detik, menit, dan jam, sementara penemu akan satuan tersebut pun tidak ada yang tahu referensi apa yang digunakan. waktu tidak pernah sama, satu manusia dan manusia lainnya.

Salah satu kutipan dari pengarang novel terkenal yang menjadi seseorang yang saya kagumi, di novelnya ia pernah menuliskan:
"When you are measuring life, you are not living it. I know" 
Saat kamu menghitung hidup, kamu tidak menghidupinya. Manusia sendirilah yang menghitung waktu, yang mengukur waktu. Sebab itulah manusia sendiri yang memiliki ketakutan terbesar dalam hidup-hidupnya. Ketakutan akan kehabisan waktu. Saat manusia mengukur waktu menggunakan jam, manusia itu sendiri yang menghancurkan esensi keindahan dari suatu momen. Manusia manusia yang terikat akan konsep waktu ini terbagi akan dua jenis. Manusia yang ingin waktu yang lebih, dan manusia yang ingin lebih sedikit waktu. Dan yang kutahu, manusia tidak bsa diam dalam suatu waktu, waktu berjalan, dan itu karena manusia sendiri yang mengukur. Waktu terus berjalan dan tak pernah bergerak mundur, adalah konsep yang manusia buat, karena waktu, tidak memiliki batasan.
"Apa yang akan kau lakukan jika hidupmu tidak dijadwal?"
"Apa yang akan kau lakukan jika kamu tidak takut akan adanya batas waktu?"
Sekarang coba putar lagi pikiran kalian. Bagaimana jadinya jika tidak ada waktu. Bagaimana jika pada suatu saat yang indah, yang kalian inginkan selamanya, tidak ada akhir akan sesuatu. Tidak akan ada manusia yang menua, tidak akan ada kenangan yang hilang, tidak ada apa-apa. Bagaimana jika sejak dulu, manusia tidak mengukur waktu. Apa yang akan kau kerjakan sehari-hari? Bagaimana kehidupanmu jika kamu tidak tahu jam berapa saat kamu melakukan suatu kegiatan? Hidup manusia berharga, karena ada sesuatu yang membatasinya. yaitu waktu. Dan dengan konsep waktu, manusia menghargai apa yang terjadi selama hidupnya.
"Mengapa hidup manusia dibatasi oleh waktu?"
"Agar setiap momen dalam hidupnya berharga." 

Senin, 05 Mei 2014

Stand out in a crowd

Pagi dini hari 2:46

Selayaknya apa yang dilakukan manusia biasa, suara-suara tertidur pada pukul ini. Dimana sang matahari mempersiapkan kehadirannya untuk lagi-lagi memukau kita dengan sinarnya yang terang. sungguh, matahari adalah ciptaan Tuhan yang terbesar yang kita tahu-- yang memilih untuk menyombongkan dirinya di depan bintang lainnya. "She's a beauty whose stand out in a crowd most"

Matahari, adalah benda langit yang sangat terlihat oleh kita. 12 jam ia hadir di dalam lensa mata kita, dan mencolok di antara benda langit lainnya. Temannya bulan. Bulan, adalah salah satu benda langit yang sangat-sangat indah. Ia menemani bumi di kala matahari pergi memperlihatkan sinarnya di sisi bumi lainnya. Ia mempunyai waktu yang sama dengan matahari untuk memperlihatkan pantulan sinarnya. 12 jam. Namun tetap, manusia lebih memilih tidur dibandingkan melihat sinarnya.

Manusia, adalah benda hidup yang mana adalah kita. 12 jam lebih kita melakukan aktivitas yang beragam, sosialisasi, edukasi, agama, olah-raga dan sebagainya. Manusia, sebenarnya melakukan satu hal yang sama, selain istirahat. Manusia meninggalkan arti.

Arti yang dimaksud adalah menonjolkan diri. "Stand out in a crowd". Mereka (manusia) ingin dirinya terlihat lebih dari manusia lain di suatu aspek. Mereka ingin menonjol di bidang yang mereka kuasai, mereka sukai, atau secara kebetulan. Semua manusia merasa ingin diakui saat melakukan kegiatan. Coba saja, orang yang menggunakan earphone sambil berlalu lalang di sekitaran kampus ingin dirinya diakui--bahwa dirinya sedang mendengarkan suatu lagu dan tidak ingin anda mengganggunya, ia ingin anda mengakuinya sebagai orang yang sedang melakukan sesuatu. Lihat lagi, orang pendiam yang sehari-hari ia tidak pernah bersosialisasi, melakukan kegiatan seadanya, tanpa berpikir dirinya akan mendapatkan suatu prestasi atau bahkan dianggap sebagai manusia biasa lain, ia ingin diakui--ia diakui oleh dirinya sendiri, ia mengakui bahwa dirinya tidak membutuhkan hidup manusia lain, tidak membutuhkan adanya suatu prestasi, dengan diam dia hidup. Semua orang ingin menonjol. Mereka semua ingin diakui.

Melakukan hal ini tidaklah salah. Mencari perhatian tidak selalu salah. Karena dengan itu kita meninggalkan arti.
Apa sebenarnya tujuan hidup manusia, selain beribadah, mencari sesuatu (yang dalam agamaku disebut pahala) agar kehidupannya di akhirat lebih baik, dan selain sekedar 'hidup'?
Aku menganggap diriku tahu.
"Manusia hidup meninggalkan sesuatu di setiap detik hidupnya."
"Manusia meninggalkan kenangan" 

Minggu, 04 Mei 2014

Langit

"Langit itu luas kan?"
Langit itu luas. langit itu indah, langit batasnya.
apa yang dirasakan, makhluk bersayap saat mereka melintasi langit? bukankah mereka merasa bebas? bukankah mereka lepas? bukankah, mereka bahagia?
sekarang berbalik, apa yang dirasakan, makhluk tanpa sayap? apa yang dirasakan kita? apa yang dirasakan kamu? apa yang dirasakan aku, sebagai manusia yang terikat dengan tanah?

Apa warna langit? hitam? biru? putih? kelabu? tahukah aku, sebagai manusia yang tak pernah merasakan langit, dengan seluruh pembatas tubuh aku, dengan seluruh lembaran-lembaran yang menyelimuti tulang aku? apa warna langit? hitam? bitu? putih? kelabu?

Apa rasa awan di langit? asin seperti air laut? seperti darah? seperti air yang aku konsumsi? tahukah aku, sebagai aku yang tak pernah merasakan langit?
langit menyelimuti aku, menyelimuti kamu, menyelimuti semua yang kamu inginkan. bahkan bulan membantu mewarnai langit pada gelapnya malam. pohon menghabiskan waktunya menatap langit. aku, dan kamu menginginkan apapun yang diselimutinya.

tapi apa yang aku rasakan, sebagai aku yang ingin terbang bebas? apa yang kamu rasakan, sebagai kamu yang ingin terbang bebas? tidakkah indah bila kamu bebas disana? tidakkah indah?

"Hidup berputar, waktu terlewati dan takkan terganti, aku dan kamu, tidak pantas untuk diam di tempat ini, tidak pantas melewatkan indahnya lukisan yang terukir dibawah langit ini."
Mereka yang terkasihi, mereka yang indah, tidak seharusnya diam di satu tempat. mereka terbang bebas, mereka bersuara di luar sana, mereka tidak diam di satu tempat, mereka berkoar di bawah langit yang sama, berpetualang, berterbangan, berkisah, bertanding, berbagi, mereka berpergian di bawah langit yang sama.

Kenapa?
"Karena mereka yakin, di bawah langit ini, ada tempat untuk mereka kembali nanti."

Sabtu, 03 Mei 2014

Dimana tempatmu.

"Berapa lama kau hidup?
Berapa kali kau bernafas sepanjang itu?
Berapa tempat yang telah kau datangi?
Satu, sepuluh, seribu, satu juta?
Milyaran, Trilyunan?

Aku? Hanya 3"
Disana, sebuah gedung berdiri kokoh bercengkrama dengan rel kereta. Di tengah hiruk pikuk kota bunga, kau takkan bisa menemukan apapun selain mainan. Aku menghabiskan waktu yang lama disana. Indah, namun mereka tak memberi cinderamata. Aku pergi.

Beralih kesitu, suatu sudut di tengah kota, dengan tempat yang entah mengapa membuatmu tak lupa. Tempat itu indah, dengan segala lautan manusia yang berjalan tepat di depan mata, dengan orang2 yang aku kenal, maupun yang mengenal aku tapi tak kukenal. Kali ini ia memberi cinderamata, sebuah kaset perpisahan yang terdapat foto kami penduduk sana mengenakan pakaian formal. Kami pergi dari sana.

Tempatku yang ini, berbeda indah

Cobalah suatu kali pergi kesana, ke pelataran tengah kota, di bawah pohon besar dengan pinggiran beton tempat kami duduk, tepat di hadapan gedung tua yang menatap, saksi kami menorehkan sejarah atas perkembangan hidup kami dengan bukti keringat, darah, dan air mata kami. Bukti perkembangan kami dari sebuah sudut kota bali menjadi sebuah cerita Mahabrata. Bukti kami dari orang kecil yang membawa nama besar berupa kebanggaan atas kebersamaan.
Tempat yang itu indah, aku akan pergi dari sana, membawa cinderamata berupa kain berwarna biru, dan pin bergambar burung hantu.

Sekarang, tempatku berupa pelataran luas selebar puluhan hektar dengan manusia-manusia harapan bangsa yang individualis, meniti karir dibawah kepercayaan sebuah dewa terdidik yang menjadi salah satu ikon kota ini. Tempatku bukan tempat yang indah, karena tempat sebenarnya bukan disini, tapi dimana keluargaku akan kembali. Aku masih berada disini, menunggu saat akhirnya dapat membawa pulang sebuah cinderamata yang akan mengingatkan akan tempat yang pernah aku tempati ini. Aku akan bertahan disini, sampai ia mengantarkan aku pergi dengan hormat, sebagai seseorang biasa lagi.
"Berapa tempat yang kau lalui?
Tempatku, menyenangkan."

Jumat, 02 Mei 2014

Mengapa penulis menulis

Untuk apa kalian menulis?

Mencatat sesuatu di tengah mata kuliah yang tidak dimengerti, mencatat hal-hal penting dalam pekerjaan di sebuah notebook kecil bercover merah pekat, yang mungkin kau buka untuk mengingatnya sewaktu-waktu? Untuk apa sebenarnya kalian menulis?

Pernahkah kalian berpikir, bahwa sesuatu lebih mudah diingat atau kalian ingat kembali jika kalian melihat bentuk penampakan aslinya? seperti saat akan membeli barang, lebih mudahkah kalian mengingatnya dengan membawa fotonya daripada kalian menuliskan deskripsi benda tersebut pada suatu kertas untuk kalian jelaskan kembali kepada sang penjaga toko, atau kalian imajinasikan kembali bentuk benda tersebut dalam pikiran? Bukankah lebih baik mengambil foto akan catatan penting dalam suatu mata kuliah, daripada mengeluarkan tenaga lebih untuk menulis hal-hal yang ingin diingat dengan resiko tertinggal dalam mata kuliah tersebut? Bukankah sekarang manusia lebih mengandalkan matanya daripada otaknya?
"Sekarang, orang lebih mementingkan bagaimana cara mengisi perut, memuaskan mata, daripada mengisi otak"-Anonymous
Jadi, untuk apa sebenarnya saya menulis?

Penulis, menurutku adalah orang yang sangat suka berimajinasi. Imajinasi mereka bebas, sehingga mereka dapat menuliskan suatu cerita, suatu frasa, hingga nantinya pembaca dari frasa tersebut akan dapat mengartikannya dengan imajinasi mereka sendiri, bagaikan menggambarkan sesosok manusia yang sangat indah, diartikan dengan rambut yang gemulai, mata yang sayu, bibir yang merona, pipi yang gempal, dan sebagainya. Sedangkan pada sisi pandang lain, manusia indah berrambut ikal, mata yang jernih, pipi cekung, dengan bibir yang tipis setipis sebuah untaian halus yang diuntai Tuhan demi mengartikan keindahan itu sendiri. Semua itu bisa dilakukan penulis dengan hanya menulis sebuah tulisan 'manusia indah'. Dan pentingnya semua itu tanpa keluar dari koridornya, tanpa keluar dari tulisan frasa sang penulis.

Aku, kamu, kita adalah seorang penulis. Aku, menulis untuk menyimpan memori akan sesuatu. Aku menulis untuk mengingatkan diri sendiri, bahwa sebenarnya hal seperti 'itu' adalah hal yang pernah terjadi. Untuk mengingatkan bagaimana emosionalnya situasi saat itu, betapa sedih, senang, marah, kesal, dan emosi lainnya yang dikeluarkan pada saat momen itu.  Aku, menulis untuk mengenang hal yang indah, siapapun yang ada pada saat itu, apapun yang terjadi saat itu, benda apa yang ada pada saat itu, semua bisa kuingat dengan aku menuliskannya pada saat momen itu terjadi, dan akan kuingat suatu saat bahwa hal seindah itu bisa terjadi. Semuanya, bisa diingat dengan membebaskan imajinasi, dengan menggunakan karunia Tuhan yang disebut otak,akal, dan imajinasi. Dan satu hal, tanpa keluar dari koridor sang penulis.

Pernahkah kalian pada suatu hari pergi ke pemakaman untuk memakamkan seseorang yang sangat kalian sayangi, sangat kalian cintai, dan kalian menyesal karena semasa hidupnya, kalian belum pernah merasa cukup untuk menunjukkan rasa tersebut kepadanya? Emosi yang ada pada saat itu, tangis yang menderu, orang-orang yang merasa tenang, yang merasa sedih, semua ada di dalam sana. Pernahkah kalian merasa ingin ikut menitikkan air mata saat hal itu terjadi, juga saat pasir tumpah ke atas tumpukan kayu di atas jenazah orang yang kalian sayang, saat memori akannya juga akan terkubur di dalamnya? Pernahkah kalian merasa ikut sedih saat kalian melihat foto pemakaman orang, foto kremasi manusia? Tapi Aku sebagai penulis, ingin mengingat momen itu saat manusia dapat menitikkan air mata demi orang tersayang dengan cara menuliskannya dalam ingatan, yang suatu saat kenangan akan hal itu akan terpanggil lagi dengan bantuan sebuah catatan kecil di sebuah situs blog pribadi.

"Reality is cruel. Fantasy, as cruel as you imagine it..."
Realita. Foto, gambar, sebuah rekaman, akan menampilkan hal yang memang ada. Realita. Betapa senangnya saat kalian berulang tahun, diabadikan dalam satu lembar foto yang kalian ambil, dan pada saat kalian ingat kembali, foto itu mengingatkan perasaan bahagia itu. Titik.
Fantasi. Tulisan, kenangan, akan membuat kalian berimajinasi tentang hal itu, sesuai yang kalian inginkan. Fantasi. Betapa senangnya saat kalian menemukan seseorang yang membuat kalian merasa ada, kalian tuliskan dalam sebuah lembaran kertas, lalu pada suatu saat kalian baca kembali, kenangan itu akan terasa lebih manis dari seharusnya, dan lebih pahit dari seharusnya. Semuanya sesuai dengan apa yang kalian inginkan, apa yang kalian imajinasikan.
"Reality is cruel. Fantasy, as cruel as you imagine it. Therefore, words have enormous power besides picture, that's why there is writer" 

P.S: Tulisan ini dibuat demi mengenang kepergian Kakek, Ayahanda, dan Teman tercinta. Agar suatu saat bisa saya kenang karena tulisan ini berdasar untuk dia. Semoga tenang disana, Kakek berhak akan itu setelah berjuang dua tahun ini. Terima kasih momen bersamanya. Terima kasih 'kek.