Senin, 18 Agustus 2014

Mesin penggerak.

Hari ini,
sehari setelah perayaan ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang ke-69,
ternyata aku masih menerima dampak,
dari manusia yang belum merdeka.

Hari ini, tiga hari menuju sebuah acara besar di tempatku berkarya,
Setelah melakukan kegiatan untuk mencipta, lagi-lagi hanya ada hambatan yang ada.
Kekecewaan muncul setelah melihat bahwa karya kami dinodai orang lain.
Sebuah karya berupa sulur yang ditinggali oleh sebuah kepompong yang siap untuk mekar pada waktunya, yang karena ternoda hilang kesempatan untuknya terbang.
mesin penggerak dan cahaya dari karya kami hilang.

Walau hanya sebuah dinamo kecil dan beberapa lampu yang binasa, kekesalan tidak bisa luput dari hari ini.
Masalah terberat bukanlah karena tinggal tiga hari lagi menuju acara,
tapi karena masih ada tiga hari menuju acara.
Bahkan, kupu-kupu kami pun belum bisa dilihat oleh penikmat, orang-orang yang ingin kami sambut kedatangannya dengan karya kami.
Karena ini hanyalah karya seni, sama seperti cinta.
Yang mana jika belum tersampaikan kepada orang yang ditujukan,
esensi dari karyanya hilang.

Aku, hanyalah seekor kepompong yang mengagumi kupu-kupu. Aku seharusnya bisa terbang, tapi mesin penggerakku hilang.
Seharusnya aku tidak terpasang, daripada hanya menjadi sebuah karya usang. 
Kamu, yang merampas mesin penggerakku, sayapku.
Tunjukkan dirimu sekarang, karena ini berarti perang.

Sabtu, 16 Agustus 2014

Dunia?

Aku pernah suatu saat berpikir bahwa,
bahwa..
Sulit untuk membuat dunia semanis yang kita minta.

Dunia akan begitu adanya, bagaimanapun kita memperlakukannya.

Sesungguhnya kita tidak akan pernah berpikir bahwa dunia itu indah, tidak. Di saat aku merasakan bahagia, selayaknya aku bertanya:
"Apakah ini mimpi?"
bukan, bukan. Ini bukan mimpi, di sinilah kamu--aku berpijak, di dunia yang semua orang tahu, dunia yang semanis air laut. Dunia tidak akan pernah terlihat indah di mata seseorang, setidaknya aku. Dunia tidak indah, kita hanya menikmatinya. Dunia takkan pernah berhasil menduduki peringkat di atas apa yang kamu mau sebagai mimpi. Dunia, selalu ada disana untuk kamu salahkan, terkadang juga untuk kamu syukuri, seperti halnya apa yang kau lakukan pada Tuhan.
Setidaknya. Itu. Semua. Untuk hal yang kupikirkan.

Dunia tidak indah, kita hanya menikmatinya.
Kita tidak pernah menginginkan sesuatu yang tidak memiliki arti, memiliki keindahan. Dunia, tidak pernah menjadi sosok indah, kita menambahkan segala sesuatunya, kita membuatnya sebagai tempat dimana kita ingin tinggal, di tempat yang indah. Ada pencipta, ada penikmat, kita menambahkan semuanya di dalam dunia yang kita nikmati. Seniman dengan seninya, sepasang kekasih dengan cintanya, Tuhan dengan ciptaannya, dan Aku dengan ceritaku. Semua menambahkan segala sesuatu untuk menjadikan Dunia ini tempat yang indah. Semua, demi satu hal. Agar penikmatnya menikmatinya. Kamu bisa menciptakan seni dimanapun, kamu bisa mencintai segala apapun, kamu bisa melakukan apa yang kamu inginkan di dunia untuk membuatnya lebih indah di matamu. Dunia, akan selalu menilai semua tindakanmu, apapun yang kamu lakukan, berkaryalah sesukamu, karena apapun yang kamu lakukan, sama nilainya di mata dunia.
Walau itu akan berbeda di matamu, atau bahkan orang lain.

Hidup di dunia yang memaksa kita untuk tinggal hanya sakit merasa. Bagaikan memandang matahari untuk menanti senja. Dunia hanyalah tempat yang kejam. Tapi juga sesuatu yang indah.
The world is a cruel, cruel place. But it is where the beauty creatures live, where the precious moments had to occurred, that's what the world it is. 
Duniamu kejam.
Dunia yang ingin kau tinggalkan,
Untuk itu aku mencari dunia yang lain untuk aku tinggali. Bersama dengan seorang seniman, sepasang kekasih, Tuhan, dan sebuah cerita. Dan kamu juga seorang pencipta, menciptakan duniamu indah tidak melebihi kemampuanmu.
"When something bad happens to you, close your eyes, count to three and when all the bad things is slipped away, open your eyes. The past is gone, the world is a good place, and it's all gonna be okay." - Michael Oher, Blind side.

Minggu, 03 Agustus 2014

Menyesalkah?

Kamu,
pernah mendengar pepatah yang berbunyi seperti ini?
bahwa menyesal, tidak akan pernah datang di awal.
Pernahkah kamu?

Kalau pernah, kamu tidak akan pernah mendengar kata sebaliknya.
Tapi setidaknya biarkan aku utarakan apa yang kupikir.

Berapa waktu yang kau lewatkan untuk membaca tulisan ini?
4 detik?
5 detik?
sekarang sudah lebih dari 6 detik kan?
tapi menyesalkah kamu saat kamu melewatkan detik-detikmu yang berharga untuk membaca sebuah tulisan konyol ini? sekarang kamu akan mengiyakan setelah kau membaca tulisan dalam kalimat sebelum ini, tapi bagaimana jika tidak ada yang akan mengingatkanmu?
Sekarang kau bertambah tua satu detik.
Sekarang sudah tiga detik lebih tua.
Dan kau menghabiskan waktumu yang berharga hanya untuk membaca tulisan yang tak jelas ini.
Dan kamu tidak akan merasa waktumu terbuang.
Padahal sejujurnya kamu baru saja menghabiskan setengah menit dalam hidupmu jika kamu benar-benar membaca seluruh tulisan disini. Menyesalkah kamu?

Aku, tidak.
Karena aku menghabiskan waktu dalam hidupku dengan melakukan hal yang tidak membebaniku.
Pikirkan lagi apa deskripsi penyesalanmu,
atau hidup menyesal sepanjang waktu.