Senin, 12 Januari 2015

Antrian.

Hari ini tepat pada saat pergantian tanggal, banyak orang ngantri


Ngantri ngisi jadwal kuliah


Sedangkan gue, cuman berharap kalau gue lagi ngantri nonton konser The Beatles.


Minggu, 04 Januari 2015

Menunggu.

Aku termangu di dalam sebuah ruangan, menunggu sayap untuk terband dari sini menuju dunia asing yang baru.
Temanku hanya kamu, sebuah pena, buku, dan orang asing berparas asing juga di sebelahku.
Entah, temanku bukan.
Yang pasti kami duduk disini. Dalam ruang tunggu.
Dibuat untuk melakukan satu aktivitas yang melelahkan,
Menunggu.

Mataku bengkak akibat tak henti-hentinya terbuka untuk ditutup. Sebaliknya berlaku.
Badanku terasa dingin di hangatnya pemanas ruangan.
Mungkin perasaanku.

Aku duduk di barisan depan yang menghadap beningnya kaca yang membatasi kami, dan apa yang kami tunggu.
Terkadang beningnya itu tertutupi orang yang berlalu lalang membawa tas, trolley, berikut anak mereka.
Hanya satu hal yang menarik perhatianku.
Ketika anak kecil itu berlari-lari seperti di surga.
Menemukan hal menyenangkan saat menunggu.

Aku tenang dengan sendiri.
Bisa kau bayangkan, sebuah ruangan yang penuh, tak teratur, bahkan aku tak tahu bagaimana menggambarkannya.
Kosong, penuh, kaku, lentur, ramai.
Tapi milikku sepi.
Rasanya berbeda, tapi aktivitas kami sama.
Kami menunggu, sebuah sayap untuk pergi.

Sekali tiap jeda, beberapa orang berdiri.
Tujuan yang berbeda, sayap yang sama.
Tapi mereka yang berdiri tahu,
waktu mereka menunggu sudah habis.
Ya, mereka selesai melakukan aktivitas paling buruk dalam harinya.

Menunggu,
bagaimana tidak, menunggu selalu menyedihkan.
Diam.
Sedihnya lagi, orang membuat tempat untuk itu.

Tapi mungkin berbeda dengan orang itu.


Orang itu hanya terlihat di sudut mataku.
Menatap pada bukunya, sementara tangannya berputar mengelilingi penanya.
Teman duduknya hanya kesunian, dimana ada empat orang berbeda ras terduduk bergantian di sudut matanya.
Ia serasa tenang di dalam keramaian.

Temannya kertas kosong di atas pangkuannya.
Sebuah jendela keramaiannya sendiri yang terdiri dari kerumunan kata-kata

Ia menatapku saat aku menatapnya. Melakukan hal yang sama setiap detiknya.
Berdiri saat aku berdiri.

Dan lalu kami terhanyut dalam ketenangan di ruang tunggu.
Dan kami berlari menuju sayap yang sudah datang.
Walau dunia kami hanya dibatasi oleh cermin.