Kamis, 25 September 2014

Biar pertanyaan itu termakan.

Kali ini, biarkan malam, bintang, dan aku.





Kali ini aku merasakan bagaimana rasanya,
bagaimana rasanya….
direnggut.

Saat sedari pagi, dimana raga terkulas lunglai, dimana hati tergeletak lemas, dimana semua berwarna biru,
abu,
dan kelam.

Bagaimana rasanya saat kicaumu direnggut,
bagaimana sakitnya saat lidahmu tercekik,
bagaimana penatnya kepala yang berdenyut,
bagaimana sesaknya saat lehermu dikeringkan,
dan kamu hanya menunggu seseorang membawakan yang kamu butuh

satu gelas air.

Kali ini aku merasakan bagaimana rasanya,
bagaimana rasanya direnggut,
saat yang direnggut adalah yang paling dinanti,
saat dimana hati, otak, dan jari-jemari bersatu padu,
merenggut apa yang dinamakan, menanti.

Kali ini, biarkan malam, bintang, dan aku
yang terus menerus bertanya sampai mentari tiba,
yang akan terus bertanya-tanya,
bagaimana rasanya untuk sakit?
sampai pertanyaan itu termakan.

Karena hanya disini tempatku bebas.
Terima kasih untuk niatnya, aku menghargainya.
hanya saja aku terlalu lelah untuk menunggu
dua jam untuk satu gelas air.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar