Senin, 22 September 2014

Introversi: Dunia

Aku menghargari waktu seorang diri.
Tidak tahu kenapa, aku hanya suka…
oh tidak,
aku benci keramaian, aku benci kebisingan, aku tidak terlalu menyukai orang-orang bersuara keras itu.
aku benci saat mereka mengusik duniaku.
Mungkin terdengar jahat,
tapi akulah begitu.

Aku ingin bisa mengasingkan duniaku dengan mereka yang bagaikan tuts piano, mereka terlihat banyak, tapi aku tidak dapat membedakan mana yang bersuara nyaring itu. Aku tidak apa berteman dengan mereka, aku sebenarnya tidak membenci mereka, aku tidak apa, aku hanya menghargai waktu seorang diri.

Aku, menghargai waktu seperti ini.

Seperti saat ini, terduduk di sebuah lapangan luas dengan karpet alam bernuansa hijau, saat dimana matahari berada untuk menyelimuti, bukan untuk membakar, dimana yang terdengar hanyalah melodi alam yang selalu indah terdengar. Langkah orang-orang yang berlalu lalang di dekatku seakan terdengar seperti mereka berjalan di seberang pagar sana, mereka dekat, tapi tidak dalam duniaku. Terduduk disini di tempat dimana orang-orang terlihat, dimana mereka terdengar, tapi mereka tak mengusik duniaku.
Sudah lama rasanya tidak seperti ini.

Di sudut sana orang-orang bermain, berlalu lalang, berteriak, tertawa, mereka semua melakukan tanpa mengganggu siapapun. Disini, di tempat dimana kamu bisa melakukan apapun--selama masih lazim, dan takkan ada presensi kamu, atau aku, di dalam keseharian mereka. Hanya seperti daun-daun di batang berwarna coklat itu, yang walaupun bertambah satu, satu itu tidak akan terindahkan, tidak akan ada presensi satu bagian pun darimu yang ada di buku diari mereka. Itu, jika kamu memiliki duniamu sendiri.

Aku bahagia di saat-saat seperti ini, dimana aku memiliki duniaku sendiri.
Disini, terduduk tak berdua di duniaku sendiri, menunggu akhirnya seorang teman datang.
Seorang teman yang akan mengerti nuansaku, melihat wajahku, dan matanya ada dalam lensaku. Seorang teman yang terasa begitu istimewanya, begitu indahnya sampai duniaku terbuka demi melihat bola matanya yang sedang memandang nuansaku. Seseorang, yang kehadirannya adalah duniaku.

Lalu, aku akan ada disini. Pergi dari keramaian yang ada, yang tidak kita sukai, menulis di sebuah dataran berlapiskan selimut kehijauan, beratapkan genting berwarna hijau, bertopang pada tiang berwarna cokelat, bersanding dengan indahnya alam, berkarya, dan menghargai kesempatan yang Kuasa berikan. Aku, akan sibuk tenggelam dalam duniaku sendiri.

Lalu kamu akan datang, berdiri di hadapanku, melihat kedua bola mataku sambil membaca nuansa yang ada. Tersenyum.
"Katanya dunia kamu, aku?"
"Iya, tulisan ini tentang kamu" 
Dan aku, tak akan terganggu dengan apa pun yang kau lakukan.
Sebising apapun itu.

1 komentar: