Minggu, 14 September 2014

Malam, Ganesha.

Aku tertulis ini dalam yang kau sebut lamunan
lamunan malam, tanpa mengapa dan tanpa apa,
cahaya pun tertelan ia.
Aku semata-mata menyukai saat ini.

Aku semata-mata menyukai saat ini.
Dimana cahaya kami bersembunyi
dan Dunia terasa makin dekat satu sama lain
dimana batasan horison menghilang, dimana batasan jarak antar kami raib, dimana kami mendengar, tanpa melihat.
Aku berada di sebelah semua rangkulan kata mereka.
Ini, adalah sebuah kebahagiaan semata.

Ini adalah sebuah kebahagiaan semata.
Dimana tanganku menari riang dan mataku terpejam melihat.
Di sebuah tempat dimana lampu raib, dicuri oleh sang waktu untuk berteman mengiringi detik.
Seakan waktu kami berhenti, terpaku menikmati malam ini.

Cahaya bohlam tersipu malu bersanding indah warna hitam.
warna hitam, yang memisahkan satu insan dan lainnya.
mereka, yang berjalan untuk berharap menemukan.
Mereka adalah kehilangan, dan merasa saling menemukan
Disini,
hanya melihatnya di tempat yang benar indahnya.

Aku tak pernah senyaman ini dengan disini.
Tempat kaki menuju, tempat hati membisu.
Disini, di bawah karya Tuhan yang berdaun, yang melenyapkan segala cahaya yang simpang siur berharap lalu.
Ganesha, engkau berwarna seraya hilangnya cahaya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar