Selasa, 04 November 2014

Bulan.

Malam ini semampai seruan rembulan yang hanya bisa menatap tanpa bisa bertemu
kata-kata rembulan yang bisa berseru tanpa bisa menyatu.
seakan terakhir tersenyum karena bersatu akan tahu,
memanggil manggil teman yang berjalan lalu.

Gelap ini seakan bulan tak tahu malu,
menunjukkan wajahnya yang putih merona,
bagaikan benalu, terus menyapa temannya yang lalu, mengikuti kemana dia berlalu.
mengangkat angin yang dingin berlalu,
berseru agar ombak terus berpacu.

Bulan, tak pernah terlihat sedih.
seperti berteman dengan bintang, walau jaraknya membuat kata tak terdengar,
selalu berteman dengan matahari, walau terkadang orang lihat tidak dia,
seperti berteman dengan awan, walau egonya awan, menghilang.

Tapi bulan, berteman denganmu.
selalu setia, pada waktu yang sama, akan menemanimu lagi.
sekedar hanya ada, untuk membuat kamu tidak sendiri.

Ia, berteman dengan gelapnya malam.
Mencinta gelapnya hitam, atau hitamnya malam.
menemukan kelegaan, kenyamanan, atas penerimaan malam,
membagi sesuatu,
berteman, dengan ia yang menakuti malam.

Rembulan, malam ini membiarkan dirinya dikagumiku.
Walau hanya sedikit waktu, dibanding saat dirinya mengagumi matahari.
tak menahan diri, memperlihatkan indahnya kecantikan,
sama cantiknya dengan bulan-bulan lainnya.
sama indahnya, dengan setiap waktu.
selalu sama, saat aku merasakan hal yang berbeda.

Bulan, jadilah temanku malam ini.
dan biarkan aku mempersilahkan cahayamu menunjukkan kemana harusnya aku berada,
menunjukkan kemana jalan pulang,
jalan pulang, dimana hangatnya terasa.
dan aku akan tertidur,
dan berdoa apa yang aku inginkan selama ini.

Bulan, bersinarlah. Dan pada saat kau utuh, aku ingin menghabiskan waktu bersama.
Tidak akan terikat tali yang bisu,
kita, akan membiarkan gelap, bertamu bisu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar