Minggu, 10 September 2017

Epilog; Prolog;

Pujangga malam menutup hari ini dengan puisi, puisi tentang bagaimana engkau meninggalkan tanah ini. "Sudah malam bukan?" tanyaku pada malam.
"Ya, berganti sudah hari ini"
Dan malam pun terlelap,
meninggalkan aku yang gundah, enggan menatap matahari esok hari.


Sekelebatnya malam dan dinginnya tanpa surya mengetuk hati ini untuk berbicara, hati seekor anjing yang kaku, yang beku hatinya karena keyakinannya berlabuh pada cintanya.
tok.
tok.
tok.
dan pertanyaan itu muncul juga.

Pertanyaan yang muncul saat semua sudah tidak lagi ada;
Pertanyaan yang baru saja terlintas, saat takut semuanya telah tiada;
Sudah?

Sudah berapa lama kamu ada disini? menantikan saatnya pergi dari sini?
Sudah berapa banyak cerita yang kamu alami, yang kamu bagikan dan dengan arogannya menjadikan ragamu sebagai tokoh utamanya?
Sudah berapa lama kau berada disini, membaca kisah-kisah pilu dan merasakan apa yang seharusnya dirasakan oleh dirimu yang berbahagia?
Sudah berapa lama diirimu menantikan hari ini? hari dimana kamu dapat dengan megahnya menatap temanmu erat dengan senyuman yang mengalahkan hangatnya kepulan asap arang yang dibakar saat kita berada di satu dataran yang sama, mengenakan dinginnya angin yang sama, dan sangat menunggu-nunggu datangnya mentari agar berakhirlah sudah semua ini.

Sudah berapa lama, kamu terbuai;
Dengan kata-kata, bahwa...

... Hari ini milikmu?




Hari kemarin milikmu kawan, akupun setuju. Walau senyumku sepenuhnya ragu.
Kemarinnya pun, semuanya tentangmu kawan, tidak ada yang membantah itu.
Aku pun melewatinya, dengan tangisan merdu.
Aku pun menghargainya,
Bahwa saat ini, sudah bukan lagi hariku.

Bahwa hari ini dan esok, mungkin aku bukan dalam ceritamu.



Sudah berapa lama kamu berpikir,
Bahwa ini cerita tentangmu?





Karena sayangnya, ini bukan lagi tentang aku.
Bukan aku pemeran utamanya disini.




Tetapi, kenapa kata-kata ini rasanya

menyesakkan.

...... sakit sekali?



Pertanyaan lain pun muncul disini, menghantui diri.

akan sampai kapan cerita kita direstui,
oleh waktu;
keadaan;
dan kawan,
butuhkah kamu pergi menjadi pemeran utama di ceritamu sendiri?
Tidakkah waktu yang kita lalui sebagai pemeran pelengkap di cerita masing-masing cukup?
Haruskah kalian pergi dan mencari matahari sendiri?
Tidakkah aku sedih, nantinya sendiri?
merasakan dinginnya malam di tempat yang kita lalui, terhitung tahun-tahunnya disini?


Pagi akan menjelang, malam pun menundukkan kepalanya malu, malu akan pemeran utama yang akan segera mendaki tingginya panggung dunia.
Sedari dulu pagi selalu menjadi sosoknya, pagi selalu menjadi yang dinanti, pagi, ditemani matahari; menjadi pemeran utama selama waktu masih dipatuhi.






Hari kemarin milikmu, begitu juga hari ini dan seterusnya.


Hanya saja, sekarang harinya berbeda
Hari ini menjadi milikmu seorang.
Karena kami telah pulang,



Sekarang, setelah 4 tahun menanti,






Setelah sekian lama berusaha pergi dari sini;

Setelah bersusah payah meninggalkan hari-hari ini;
dan akhirnya jatuh hati, kepada cerita selama kalian disini.





Akhirnya ini cerita tentangmu.
dan Air matamu.
Sendiri.

Ini Epilog dari 'Kita'....
dan Prolog bagi 'Aku'.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar